Iqipedia.com – Tipologi paradigma sosiologi Ritzer dan Poloma dapat diintegrasikan dengan menggunakan elemen-elemen paradigma yang terdiri dari dimensi ontologis, pistemologis, metodologis, dan aksiologis.
PENGERTIAN PARADIGMA
Paradigma memiliki arti yang beragam, ada yang menyebutkan paradigma adalah kerangka referensi yang mendasari beberapa teori maupun praktik ilmiah dalam periode tertentu. Pada proses penggunaan selanjutnya, konsep paradigma semakin lazim digunakan namun bukan berarti makna konsep tersebut sudah jelas atau disepakati bersama. Paradigma membantu para ilmuwan untuk merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab, aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang didapat dan beberapa hal lainnya.
PARADIGMA SOSIOLOGI MENURUT PARA AHLI
- Menurut pandangan Ritzer, paradigma bersifat lebih luas dibanding teori, karena di dalamnya meliputi beberapa teori dan memiliki gambaran permasalahan pokok, metode, sekaligus eksemplar yang berbeda. Ritzer menyatakan terdapat tiga paradigma yang mempengaruhi para teoritisi dalam mengembangkan sosiologi, yaitu: 1)paradigma fakta sosial; 2) paradigma definisi sosial; dan 3) paradigma perilaku sosial.
- Menurut Poloma secara eksplisit memang tidak menyebut istilah paradigma dalam kajian sosiologisnya, namun secara implisit, ia telah berpikir dengan menggunakan kerangka paradigma. Poloma melalui bukunya
Sosiologi Kontemporer (2007) menegaskan perspektif-perspektif utama yang membahas tentang masyarakat, yang dalam artikel ini diistilahkan sebagai paradigma.
Dengan kata lain, pembagian paradigma sosiologi oleh Poloma adalahberdasarkan asumsi dalam melihat hakikat manusia dan masyarakat. Paradigmasosiologi berdasarkan kerangka pikir Poloma terbagi menjadi tiga, yakninaturalistis, humanis/ interpretatif, dan evaluatif.
ANALISIS TIPOLOGI PARADIGMA SOSIAL MENURUT RITZER DAN POLOMA
Jika ditinjau menurut Ritzer dan Poloma, maka diperoleh beberapa persamaan sekaligus perbedaan antar masing-masing kubu paradigma sosiologi tersebut. Hasil komparasi antar tipologi paradigma sosiologi menurut kedua Sosiolog Amerika tersebut kemudian oleh penulis diintegrasikan dengan menggunakan elemen-elemen paradigma yang terdiri dari dimensi ontologis, epistemologi, metodologis, dan aksiologis, sehingga diperoleh titik temu antara masingmasing tipologi paradigma sosiologi tersebut.
Identifikasi persamaan antar paradigma tersebut yang didasarkan atas elemen yang
terdapat dalam masing-masing paradigma
- epistemologis, yakni gagasan
tentang relasi antara peneliti dan yang diteliti dalam proses memperoleh pengetahuan mengenai obyek yang diteliti; - ontologis, asumsi mengenai obyek atau realitas sosial
yang diteliti; - metodologis, ragam gagasan terkait cara memperoleh pengetahuan
mengenai suatu obyek pengetahuan; dan 4) aksiologis, berkaitan dengan posisi nilai, etika, dan pilihan moral peneliti dalam suatu penelitian .
Poin utama yang perlu digarisbawahi dalam proses pengintegrasian tipologi paradigma sosiologi Ritzer dan Poloma. Pertama, paradigma fakta sosial dan paradigma perilaku sosial Ritzer relevan untuk dapat diintegrasikan dengan paradigma naturalistis Poloma, dikarenakan ketiga paradigma tersebut dalam proses analisis menggunakan pemikiran yang bertumpu pada fakta-fakta sosial yang bersifat empiris.
Kedua, paradigma definisi sosial Ritzer dapat diintegrasikan dengan paradigma humanistis/ integratif Poloma. Keduanya memiliki kesamaan gagasan/ ide dengan menyatakan bahwa pemikiran individu dapat mempengaruhi struktur yang terdapat di dalam masyarakat.
Ketiga, paradigma evaluatif Poloma yang berkarakter kritis. Paradigma ini tidak memiliki persamaan dengan konsep paradigma menurut Ritzer. Pada kenyataannya, memang terdapat beberapa teori dengan karakter kritis di dalam paradigma Ritzer, yakni teori konflik dan Marxian.
Namun dikarenakan oleh Ritzer teori-teori tersebut diposisikan dalam paradigma fakta sosial (positivistik), maka dapat dinyatakan teoriteori tersebut menjadi kehilangan fungsi emansipatorisnya, sehingga tidak memiliki persamaan dengan paradigma evaluatif Poloma yang kritis.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa paradigma fakta sosial dan perilaku sosial menurut Ritzer memiliki persamaan elemen-elemen paradigma dengan paradigma sosiologi naturalistis/positivistis Poloma, dalam kaitannya dengan menyamakan kedudukan ilmu sosial dengan ilmu-ilmu alam, sehingga kedua paradigma tersebut dapat diintegrasikan.
Adapun paradigma definisi sosial Ritzer, memiliki persamaan elemen-elemenparadigma dengan paradigma sosiologi humanistis/interpretatif Poloma melalui penekanan akan pentingnya interpretasi subjektif yang dikaitkan dengan beragam fenomena sosial. Adapun paradigma sosiologi evaluatif Poloma yang berkarakter kritis, tidak memiliki persamaan elemen-elemen paradigma dengan paradigma sosiologi Ritzer.
Hal tersebut dikarenakan teori-teori dengan karakter kritis di dalam paradigma Ritzer (seperti halnya teori konflik dan Marxian) oleh Ritzer sendiri diposisikan berada di dalam paradigma fakta sosial yang positivistik, sehingga cenderung menghilangkan fungsi emansipatoris dari teori konflik dan Marxian tersebut. Maka dapat disimpulkan jika paradigma sosiologi evaluatif Poloma tidak dapat diintegrasikan dengan tipologiparadigma sosiologi Ritzer.
Demikian penjelasan tentang paradigma sosilogi, terimakasih.
Baca juga:
Sejarah, Nilai-Nilai dan Fungsi Pancasila Sebagai Ideolgi Negara
Penulis: HANA SALSABILA