5 Tips Happy Parenting Agar Ibu dan Anak Bahagia

Posted on

Iqipedia.com – Anak adalah karunia terbesar yang di berikan tuhan kepada manusia. Ia adalah generasi penerus dari orang tuanya. Untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan memeliki masa depan yang cerah maka di perlukan tips hapy parenting agar  pola asuh yang benar dan baik. Disinilah orang tua memiliki peran yang paling menetukan dalam pengasuhan anak yang harus di lakukan dengan benar. Berikut ini tips-tips happy parenting yang baik dan benar.

1. Menjaga Perasaan Istri terutama pada Saat Hamil

Untuk para suami, jika istri positif hamil janin itu sudah punya jiwa. Jadi, tolong jangan salah ngomong, jaga perasaan istri dan kalau bisa jangan tinggal bersama mertua. Karena mertua kebanyakan zalim. Kadang ada suku tertentu laki-laki tidak dianggap, semuanya perempuan dan ada juga suku tertentu laki-laki dianggap sedangkan perempuan tidak. Bukan cuma soal gender, tapi waktu lagi hamil bisa saja mertua kamu berbicara seenaknya “tuh istri kamu itu malas banget, rajin dong kerja biar sehat jangan rebahan terus” padahal dia ga tahu ini istrinya tipe yang kalau lagi hamil tuh hormonnya kacau dan uring-uningan gitu. Jadi, sebaiknya jangan tinggal sama mertua.

Pos Terkait:  Pengaruh dan Manfaat Iman Bagi Manusia di Akhir Zaman
2. Hindari Bersikap Dualisme Pada Anak, Tunjukkan Pola Asuh yang Kompak dihadapan Anak

Ketika anak sudah lahir dan sudah mulai mengerti bahasa sehari-hari, sudah mulai paham komunikasi, orang tua tidak boleh bersikap dualisme pada anak. Orang tua harus selalu kompak dihadapan anak. Tidak boleh “ayah ngomong apa, ibu ngomong apa”. Misalnya, ibu lagi ngomong apa sama anak, kalau ayah tidak setuju jangan ngomong disitu, tunggu nanti saat anak sudah pergi lalu bilang ke ibu kalau cara dia menasehati anak salah. Sebisa mungkin tidak berdebat atau bertengkar dihadapan anak. Lebih baik hal yang akan dibicarakan didiskusikan terlebih dahulu saat tidak bersama anak.

Contoh sederhananya, ibu melarang makan coklat keseringan, kemudian ibu mengetahui anaknya tersebut makan coklat berlebihan “eh eh eh jangan sayang minggu depan ya kemarinkan sudah makan coklat”. Disaat yang sama, ayah juga melihatnya, lalu ayah bilang “enggak apa-apa sama anak kok pelit banget, makan saja enggak boleh”. Hal semacam inilah yang seharusnya dihindari saat menasehati anak karena dari perbedaan-perbedaan pola pikir tersebut dapat menimbulkan kondisi yang disebut pola asuh tidak konsisten. Anak menerima dua hal yang berbeda dan berseberangan.

Pos Terkait:  Model Gaya Pembelajaran Efektif, Pengertian dan Macam-Macamnya Menurut Para Ahli

Baca juga: Pendidikan Parenting Sebelum Nikah, Pengertian dan Peran Orang Tua