Faktor Terjadinya perbedaan Macam-Macam Qira’at Al-Quran
Pertama, perbedaan qira’at yang diajarkan oleh Nabi Saw. Ketika mengajarkan Al-Qur’an, Nabi tidak hanya mengajarkan dalam satu bacaan, ini dikuatkan dengan hadis yang mengatakan bahwa Al-Qur’an turun dengan tujuh huruf. Ketika terdapat perbedaan, Sahabat selalu menyandarkan kepada Nabi, kemudian Nabi membenarkan mereka. Inilah yang menjadi dalil bagi qira’at mutawatir dengan sanad yang sahih sampai kepada Nabi.
Kedua, perbedaan turunnya Al-Qur’an. Setiap bulan Ramadhan, Jibril AS selalu datang kepada Nabi untuk mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an, kemudian Nabi mengulang pula bacaan tersebut kepada para Sahabat dengan beberapa huruf. Sesama mereka adakalanya berbeda dengan yang lain, tetapi tidak banyak. Perbedaan turun ini dapat dilihat dalam kisah Umar bin Khattab berdebat dengan Hisyam bin Hakim tentang bacaan pada surat al-Furqan sebagai berikut:
“Telah bercerita kepada kami Said ibn ‘Ufair, dia berkata: telah bercerita kepada kami al-Laith, dia berkata: telah bercerita kepada kami ‘Uqail dari Ibn Shihab, dia berkata: telah bercerita kepada kami ‘Urwah ibn Zubair bahwa Miswar ibn Makhzamah dan ‘Abdurrahman ibn ‘Abd alQari’ telah mengabarinya, bahwa keduanya mendengar ‘Umar ibn Khattab berkata: Suatu hari semasa Rasulullah masih hidup, aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat al-Furqan, dan aku mendengar baik-baik bacaannya, tapi tiba-tiba ia membaca beberapa huruf yang tidak pernah aku dengar dari Rasulullah, sehingga aku hampir mengingkarinya ketika ia sedang shalat. Akhirnya aku tunggu sampai ia selesai dari shalatnya. Setelah itu, aku menarik bajunya lalu aku katakan kepadanya, “Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?”, ia menjawab, “Rasulullah yang membacakan kepadaku”. Aku pun berkata keadanya, “Engkau berdusta, demi Allah, Rasulullah tidak pernah membacakan surat itu kepadaku seperti apa yang telah kamu baca”, lalu aku mengajak Hisyam untuk menghadap kepada Rasulullah, kemudian aku bertanya, “Wahai Rasulullah, aku mendengar orang ini membaca surat al-Furqan dengan huruf-huruf yang tidak pernah engkau ajarkan kepadaku”. Rasulullah pun menjawab, “Wahai ‘Umar lepaskan dia. Bacalah wahai Hisyam!”. Hisyam lalu membaca sebagaimana yang aku dengar tadi. Kemudian Rasulullah bersabda, “Demikianlah Al-Qur’an itu diturunkan.” Dan bacalah, wahai ‘Umar, aku pun membaca seperti yang aku dengar dari Nabi. Rasulullah bersabda, “Demikianlah Al-Qur’an itu diturunkan”. Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf. Oleh karena itu, bacalah mana yang mudah dari salah satu dari tujuh huruf tersebut”.
Ketiga, tidak adanya naqt (tanda titik)dan syakl (tanda harkat/baris), sehingga memunculkan ijtihad Imam qira’at terhadap kalimat Al-Qur’an yang diperselisihkan. Pendapat ini muncul dari kalangan orientalis seperti Ignaz Goldziher dan Theodore Noldeke. Menurut Noldeke, perbedaan karena tidak adanya titik pada huruf-huruf resmi dan perbedaan karena harakat yang dihasilkan, disatukan, dan dibentuk dari huruf-huruf yang diam (tidak terbaca) merupakan faktor utama lahirnya perbedaan qira’at dalam teks yang tidak punya titik sama sekali atau yang titiknya kurang jelas.