3. Tidak Bertengkar dihadapan Anak
Hal ini sudah pasti tidak boleh dilakuan. Mengapa demikian? Agar dibatin anak tersebut tetap terjaga bahwa “relationship itu baik, pernikahan itu indah”, citra tersebut haruslah kita jaga selalu. Boleh orang tua bertengkar tetapi di tempat lain, jangan sampai dilihat ataupun didengar oleh anak.
Dewasa ini kasus pertengkaran bahkan kekerasan rupanya sudah menjadi suatu hal yang wajar dalam kehidupan berumah tangga. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah alam bawah sadar mereka terdapat citra “berantem boleh kok, cerai boleh kok”. Iya, hal tersebut memang benar tetapi untuk keharmonisan dan keawetan rumah tangga menurut saya kita punya prinsip sendiri “ 1. debat boleh tapi jangan sampai bertengkat hebat apalagi sampai ada kekerasan, 2. Anti perceraian, kecuali jika memang ada hal yang tidak bisa diperbaiki lagi, misalnya si suami psikopat, guy, dll. Karena jika hal tersebut dilanjut justru bisa menimbulkan penyakit untuk istrinya”.
4. Tidak Memarahi Anak Sembarangan
Mungkin sebagian orang tua masih memandang sepele, atau bahkan mereka mengira memarahi anak dapat dilakukan seenaknya saja, mungkin sebagaian dari mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar, akan tetapi tidak menyadari dampak negatif yang ditimbulkannya.
Menurut Vera Itabiliana (psikolog anak), cara marah yang benar adalah kita dapat melatih diri untuk marah dengan nada yang tidak terlalu tinggi atau membentak sehingga tidak akan menyakiti perasaan anak. Orang tua cukup marah dengan mengatakan pada anak dengan kalimat begini “Bunda marah… Bunda tidak suka kamu begitu” dengan begitu anak sebenarnya sudah mengerti tanpa kita menyakitinya.
Orang tua juga harus memahami kondisi psikologis anak. Subuh hari dan malam hari itu haram hukumnya untuk mearahi anak. Karena saat subuh, anak baru bangun lalu dimarahi atau mungkin dibentak itu lukanya dalem banget. Perlahan anak mungkin bisa memaafkan namun sulit untuk melupakan (forgiving is not forgetting), karena memang mereka (orang tua) memarahinya disaat subuh hari. Malam hari juga sebaiknya jangan marah pada anak. Pada saat aasudah rileks, logika sudah off jangan marahi anak. Marahi anak disaat yang tepat selain kedua waktu tersebut.
Marah itu ada adabnya. Pertama, kalau marah harus proporsional. Anak berulah dua jangan marahnya sepuluh. Marah boleh kok “Sayang kenapa sih kamu dapat nilai segini? Coba jelasin ke ayah😊”, itu sudah termasuk marah. Jangan sampai kita melempar kata-kata yang kotor atau bahkan sumpah serapah “Dasar goblok! Dasar pemalas! Gitu aja ga bisa”, itu terlalu berlebihan.
Ketika marah jangan mengkait-kaitkan masalah. Misalnya kakak salah, jangan sampai orang tua mengkait-kaitkan dengan kesalahan adik, ayah, dll; “Kamu tu kayak ayah kamu ya… gini gini gini…”. Termasuk jangan mengkaitkan dengan masalah dia dimasa lalu “Dua tahun lalu kau begitu sekarang begitu lagi”. Itu adab dalam marah, jika kita tidak menjaga adab ini pasti anak kita akan menjadi pemarah berikutnya yang akan menyakiti cucu kita.