Qira'at Al-Quran, Pengertian, Macam-Macam , Faktor Perbedaan dan Hikmahnya
Qira'at Al-Quran, Pengertian, Macam-Macam , Faktor Perbedaan dan Hikmahnya

Qira’at Al-Quran, Pengertian, Macam-Macam , Faktor Perbedaan dan Hikmahnya

Posted on

Iqipedia.com –  Macam-macam qira’at al-Quran adalah macam- macam cara membaca al-Quran, baik qiroat sab’ah, qiroat asyroh, atau qiro’at arba’ah asyar. Al-Quran adalah wahyu Allah yang di turunkan kepada Rasulullah Saw. dengan bahasa arab. Dalam membacanya al-Quran memiliki metode-metode yang harus sesuai dengan ajaran Rasulullah. Selain itu Al-Quran juga memiliki ragam bacaan, hal ini juga harus sesuai dengan yang di ajarkan Rasulullah. Macam-macam bacaan al-Quran ini dalam studi Al-Quran dengan ilmu qiro’ah. Untuk mengetahui detail qiro’ah Al-Quran, artikel akan mengulasnya.

Pengertian Qira’at

Pengertia qira’at secara bahasa kata qira’at adalah kata jama’ dari kata kata qiro’ah. Kata qiro’ah sendiri merupakan kata benda dari kata kerja qoro’a yang berarti membaca.

Pengertia qira’at secara istilah qiro’ah di definisikan ulama’ sebagai berikut:

  1. Ilmu yang membahas cara-cara mengucapkan kata-kata Al-Qur’an dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbahkan kepada penukilnya. Pendapat ini di sampaikan bnu al-Jazari.
  2. Qiro’ah adalah perbedaan cara melafalkan Al-Qur’an, baik mengenai huruf-hurufnya atau cara pengucapan
    huruf-huruf tersebut seperti takhfif (meringankan), tasqil (memberatkan) atau yang lainnya.

Kedua definisi ini secara subtansi tidak ada perbedaan, namun definisi yang kedua lebih detail dari peda definisi yang pertama.

Macam-Macam Qira’at Al-Quran dari Segi Kuantitas

Al-Quran memiliki macam-macam cara bacaan al-Quran. sebagaimana penjelasan berikut ini:

1. Qiro’at sab’ah

Qiroat sab’ah adalah bacaan al-Quran dari tujuh imam ahli Qiroah, yaitu Nafi‘ ibn ‘Abd Rahman ibn Abu Nu‘aim, Abu Ma‘bad yang lebih di kenal dengan Ibn Katsir, Abu ‘Amr Zabban ibn al-‘Ala’ ibn ‘Ammar, Abu ‘Imran Abdullah ibn ‘Amir,   Abu Bakr ‘Ashim ibn Abu Najud al-Asadi al-Kuf, Abu ‘Imarah Hamzah ibn Habib ibn ‘Imarah, dan yang ketujuh Al-Kisa’i.

2. Qira’at ‘syrah

Qira’at ‘asyrah adalah tujuh imam yang telah disebutkan di atas ditambah Abu Ja‘far Yazid ibn al-Qa‘qa‘ (w. 130 H.), Abu Muhammad Ya‘qub ibn Ishaq ibn zaid ibn ‘Abdullah ibn Ishaq al- Hadrami(w. 205 H.), dan Abu Muhammad Khallaf ibn Hisyam al-Bazzar (150-229 H)

3. Qira’ah Arba’a ‘Asyarah

Qira’ah Arba’a ‘Asyarah adalah sepuluh imam yang telah disebutkan di atas ditambah Abu ‘Abdullah Muhammad ibn ‘Abd al- Rahman ibn Muhaisin al-Makki (w. 123 H.), Abu Muhammad Yahya ibn al-Mubarak ibn al-Mugirah al- Yazidi al-Basri (128-202 H.), Abu Sa‘id al-Hasan ibn Abi al-Hasan al-Basri (21-110 H.), dan Abu Muhammad Sulaiman ibn Mihran al-A‘masy al-Asadi al-Kahili (60-148 H). Namun, banyak pendapat menyebutkan, seperti al-Zarqani, Subhi al-Salih, dan al-Qattan, bahwa imam qira’at yang ke empat belas adalah Muhammad ibn Ahmad ibn Ibrahim Yusuf ibn al-‘Abbas ibn Maimun Abu al-Faraj al-Syambuzi al- Bagdadi (w. 388)

Pos Terkait:  Metode Tafsir Tematik Kontekstual

Namun qiroah-qiroah tersebut tidak semuanya shahih, hanya qiroah-qiroah tertentu saja yang shahih yang sesuai dengan derajat qiroah mutawatir atau ahad atau masyhur. al-Zarqani, menuturkan terdapat enam macam derajat qira’at, yaitu mutawatir, masyhur, ahad, syaz, maudu‘, dan mudraj. Sedangkan Jalal al-Din al-Bulqini, hanya membagi tiga macam saja yaitu mutawatir, ahad, dan syaz.  Menurut al-Bulqini qira’at mutawatir adalah qira’at yang diriwayatkan oleh tujuh imam (qira’at sab‘ah), sedangkan qira’at ahad adalah qira’at yang diriwayatkan oleh sepuluh imam (qira’at ‘asyrah), dan qira’at syaz adalah qira’at yang diriwayatkan oleh generasi tabi‘in seperti al-A‘masy, Yahya ibn Wasab, Ibn Jubair, dan yang lain. Namun, apa yang dikatakan al-Bulqini masih perlu adanya peninjauan ulang. Baca juga: Macam-Macam Qiro’at 

Macam-Macam Qira’at Al-Quran dari Segi Kualitas
1. Qira’at Mutawatir

Qira’at mutawatir adalah qira’at yang diriwayatkan oleh orang banyak, sampai perawi terakhir yang tidak mungkin mereka berdusta. Seperti qira’at sab’ah.

Para ulama maupun ahli hukum Islam sepakat bahwa qira’at yang berkedudukan mutawatir adalah qira’at yang sah dan resmi sebagai bacaan al-Qur’an dan sah dibaca di luar dan di waktu shalat.

2. Qira’at Masyhur

Qira’at Masyhur adalah qira’at yang sah sanadnya tetapi tidak sampai pada derajat mutawatir, karena sebagian jalur periwayatannya tidak diriwayatkan oleh sebagian yang lain. Selain sanad, penulisannya harus sesuai dengan kaidah bahasa Arab, sesuai dengan rasm ‘Usmani, terkenal di kalangan para qurra’, dan tidak terdapat cacat.

3. Qira’at Ahad

Qira’at Ahad adalah qira’at yang sanadnya sah, tetapi tidak sesuai dengan penulisan salah satu rasm ‘Usmani, tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab, dan tidak mencapai derajat masyhur.

4. Qira’at Syazd

Qira’at Syazd adalah qira’at yang periwayatannya menyimpang dari perawi-perawi terpercaya, seperti qira’atnya Ibn Sumaifa’ dalam QS. Yunus ayat 92.

5. Qira’at Maudu‘

Qira’at Maudu‘ adalah qira’at yang palsu yang dibuat- buat, yakni qira’at yang dinisbahkan kepada perawinya tanpa dasar, seperti qira’at yang dihimpun oleh Muhammad ibn Ja‘far al-Khuza‘i yang menurutnya berasal dari Imam Abu Hanifah padahal bukan.

Pos Terkait:  ‘Am dan Khas : Pengertian 'Am, Lafadh 'Am, Macam-Macam Khas
6. Qira’at Mudraj

Qira’at Mudraj adalah qira’at yang disisipkan atau ditambahkan sebuah kalimat ke dalam qira’at yang berfungsi sebagai tafsir atau penjelas, seperti qira’atnya Sa‘d ibn Abi Waqqas dalam QS. al- Nisa’ ayat 176.

Baca juga: Macam-Macam Qiro’at Al-Quran dari Segi Kualitas

Faktor Terjadinya perbedaan Qira’at Al-Quran

Pertama, perbedaan qira’at yang diajarkan oleh Nabi Saw. Ketika mengajarkan Al-Qur’an, Nabi tidak hanya mengajarkan dalam satu bacaan, ini dikuatkan dengan hadis yang mengatakan bahwa Al-Qur’an turun dengan tujuh huruf. Ketika terdapat perbedaan, Sahabat selalu menyandarkan kepada Nabi, kemudian Nabi membenarkan mereka. Inilah yang menjadi dalil bagi qira’at mutawatir dengan sanad yang sahih sampai kepada Nabi.

Kedua, perbedaan turunnya Al-Qur’an. Setiap bulan Ramadhan, Jibril AS selalu datang kepada Nabi untuk mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an, kemudian Nabi mengulang pula bacaan tersebut kepada para Sahabat dengan beberapa huruf. Sesama mereka adakalanya berbeda dengan yang lain, tetapi tidak banyak. Perbedaan turun ini dapat dilihat dalam kisah Umar bin Khattab berdebat dengan Hisyam bin Hakim tentang bacaan pada surat al-Furqan sebagai berikut:

“Telah bercerita kepada kami Said ibn ‘Ufair, dia berkata: telah bercerita kepada kami al-Laith, dia berkata: telah bercerita kepada kami ‘Uqail dari Ibn Shihab, dia berkata: telah bercerita kepada kami ‘Urwah ibn Zubair bahwa Miswar ibn Makhzamah dan ‘Abdurrahman ibn ‘Abd alQari’ telah mengabarinya, bahwa keduanya mendengar ‘Umar ibn Khattab berkata: Suatu hari semasa Rasulullah masih hidup, aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat al-Furqan, dan aku mendengar baik-baik bacaannya, tapi tiba-tiba ia membaca beberapa huruf yang tidak pernah aku dengar dari Rasulullah, sehingga aku hampir mengingkarinya ketika ia sedang shalat. Akhirnya aku tunggu sampai ia selesai dari shalatnya. Setelah itu, aku menarik bajunya lalu aku katakan kepadanya, “Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?”, ia menjawab, “Rasulullah yang membacakan kepadaku”. Aku pun berkata keadanya, “Engkau berdusta, demi Allah, Rasulullah tidak pernah membacakan surat itu kepadaku seperti apa yang telah kamu baca”, lalu aku mengajak Hisyam untuk menghadap kepada Rasulullah, kemudian aku bertanya, “Wahai Rasulullah, aku mendengar orang ini membaca surat al-Furqan dengan huruf-huruf yang tidak pernah engkau ajarkan kepadaku”. Rasulullah pun menjawab, “Wahai ‘Umar lepaskan dia. Bacalah wahai Hisyam!”. Hisyam lalu membaca sebagaimana yang aku dengar tadi. Kemudian Rasulullah bersabda, “Demikianlah Al-Qur’an itu diturunkan.” Dan bacalah, wahai ‘Umar, aku pun membaca seperti yang aku dengar dari Nabi. Rasulullah bersabda, “Demikianlah Al-Qur’an itu diturunkan”. Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf. Oleh karena itu, bacalah mana yang mudah dari salah satu dari tujuh huruf tersebut”.

Ketiga, tidak adanya naqt (tanda titik)dan syakl (tanda harkat/baris), sehingga memunculkan ijtihad Imam qira’at terhadap kalimat Al-Qur’an yang diperselisihkan. Pendapat ini muncul dari kalangan orientalis seperti Ignaz Goldziher dan Theodore Noldeke. Menurut Noldeke, perbedaan karena tidak adanya titik pada huruf-huruf resmi dan perbedaan karena harakat yang dihasilkan, disatukan, dan dibentuk dari huruf-huruf yang diam (tidak terbaca) merupakan faktor utama lahirnya perbedaan qira’at dalam teks yang tidak punya titik sama sekali atau yang titiknya kurang jelas.

Pos Terkait:  Nilai-Nilai Kandungan Al-Quran

Baca juga: Faktor Terjadinya perbedaan Qira’at Al-Quran

Hikmah Perbedaan Qir’at Al-Quran
  1. Adanya perbedaan qira’at dapat memperkokoh kesatuan umat Islam. Karena dengan diturunkannya Al-Qur’an yang mengandung variasi bacaan tentunya akan sesuai dengan kemampuan mereka, sehingga setiap kelompok umat Islam tidak saling mengklaim Al-Qur’an adalah milik kelompok tertentu saja.
  2. Perbedaan qira’at merupakan keringanan dan kemudahan bagi umat Islam secara keseluruhan.
  3. Menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an terutama dari aspek lughawi-nya, karena dengan adanya berbagai macam qira’at dapat menggantikan kedudukan ayatayat yang bisa menjadi banyak jika tidak dipadatkan dalam qira’at.
  4. Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
  5. Merupakan kemuliaan dan keutamaan umat Muhammad Saw atas umat-umat terdahulu. Karena bisa jadi kitab-kitab terdahulu turun hanya dengan satu segi dan dalam satu qira’ah saja, berbeda dengan Al-Qur’an yang turun dalam sab’atu ahruf.

Kesimpulan

Pengertia qira’at secara istilah adalah Ilmu yang membahas cara-cara mengucapkan kata-kata Al-Qur’an dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbahkan kepada penukilnya.

Macam-macam qira’at Al-Quran dari Segi Kuantitas

  1. Qiro’at sab’ah
  2. Qira’at ‘asyrah
  3. Qira’ah Arba’a ‘Asyarah

Macam-Macam Qira’at Al-Quran dari Segi Kualitas

1. Qira’at Mutawatir

2. Qira’at Masyhur

3. Qira’at Ahad

5. Qira’at Maudu‘

6. Qira’at Mudraj

Faktor Terjadinya perbedaan Qira’at Al-Quran

Pertama, perbedaan qira’at yang diajarkan oleh Nabi Saw.

Kedua, perbedaan turunnya Al-Qur’an.

Ketiga, tidak adanya naqt (tanda titik)dan syakl (tanda harkat/baris)

Demikian penjelasan “Macam-Macam Qira’at Al-Quran”. Semoga bermanfaat.

Penulis: Abd. Muqit