cinta kepada Allah
cinta kepada Allah

Maqamat : Pengertian, Macam-Macam dan Tingkatannya

Posted on

Iqipedia.com – Tasawuf di kenal dengan kesucian diri, perilaku baik, dan taat atas perintah tuhannya. ajarannya dapat megantarkan manusia menggapai kebahagiaan haqiqi, insan kamil, dan menjadikan mulia di duania dan akhirat. Dalam perjalanan spritualnya, manusia akan mengalami tingkatan derajat-derajat tertentu ketika mebempuh dunia tasawuf. Derajat- derajat ini lah yang di sebut maqamat. Maqomat ini dapat mengantarkan seseorang setahap demi setahap mencapai puncak  derajat di sisi Allah.

Lalu bagaimana haqiqat maqomat? apa saja yang di sebut maqomat? apa saja tingkatannya? Artikel ini akan mengulasnya sesingkat mungkin dan sejelas mungkin.

Pengertian Maqamat

Maqomat secara bahasa adalah kata jama’ dari lafadh maqam, yang berarti kedudukan, posisi, martabat, peringkat, derajat dan tempat.

Secara istilah, At-Thusi mengatakan maqamat adalah maqom atau posisi hamba di sisi Allah yang di peroleh melalui apa mereka laksanakan dari ibadah-ibadah, mujahadah-mujadah, riyadhah-riyadhah, dan berserah diri hanya kepada Allah. Sedangkan menurut al-Qusyairi maqamat adalah derajat-derajat yang di hasilkan dari usaha-usaha dalam melaksanakan ajaran tasawuf  dan pelaksanaan akhlak yang mulia.

Sederhananya maqamat atau maqam adalah Tingkatan derajat dalam dunia tasawuf yang di peroleh dari hasil spritualnya. Semakin tinggi maqamnya manusia maka semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah dan manusia.

Macam-Macam  Tingkatan Maqamat

Tingkatan maqamat adalah tahapan-tahapan yang harus di tempuh seseorang untuk mencapai tingkatan paling tinggi dan hal ini harus di tempuh satu demi satu. Menurut al-Ghazali tingkatan maqamat, yaitu: Taubat, Shabar, Syukur, Raja’, Khauf, Zuhud, Mahabbah, Syawuq, Unas, Ridha. Berikut ini penjelasannya:

1. Taubat

Taubat adalah berhenti melakukan dosa-dosa, yang di sertai memohon ampun atas segala dosa yang di lakukan dengan penyesalan dan berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut dan dibarengi dengan melakukan kebajikan yang dianjurkan oleh Allah.

Pos Terkait:  Tanda Ikhlas dan Kiat-Kiatnya

Taubat ini merupakan maqam pertama dan paling utama yang harus ditempuh oleh seorang sufi dalam menapakai jalan menuju Allah SWT.

2.  Sabar

Sabar secara bahasa adalah bertahan atau menahan, bertahan dan menahan diri dari rasa gelisah, rasa cemas dan rasa amarah, menahan lidah dari keluh kesah, menahan anggota tubuh dari kekacauan.

Menurut imam Ghazali sabar adalah usaha seseorang dalam menahan diri dari hal-hal yang di larang syari’at dan selalu berusaha untuk melaksanakan hal-hal yang di wajibkan baik fardu maupun yang Sunnah.

3. Syukur

Syukur berarti berterima kasih atas segala nikmat Allah SWT. Yang di berikan kepadanya. Ia merasa senang dan menerima atas nikmat yang di nikmat yang di berikan walaupun berjumlah sedikit. Banyak dan sedikitnya nikmat tidak dapat merubah hatinya mengeluh kepada Allah, ia menerimanya dengan senang. Tetapi al-Ghazali berbeda dalam mendefinisikan syukur. Menurutnya, syukur adalah menggunakan nikmat sesuai dengan kehendak Allah Swt. Seseorang yang sudah mencapai maqamat ini, ia akan selalu menggunakan nikmatnya sesuai dengan yang di perintahkan Allah dan tidak menyia-nyiakan nikmatnya dengan hal yang sia-sia dan tidak berguna.

4. Raja’ dan Khauf

Roja’ adalah mengharapkan surga dan takut terhadap nerakan sehingga ia akan melakukan amal-amal sholih dan dan meninggalkan hal-hal yang menyebabkan dosa.

Menurut Ibnu ‘Athaillah, seseorang yang berada pada maqam alkhauf akan selalu melaksanakan perintah Allah SWT dan merasakan takut apabila melalaikannya. Sedangkan orang yang berada pada maqam ar-raja akan selalu diliputi suka cita kepada Allah dan akan selalu disibukan oleh hubunganya dengan Allah SWT.

5. Zuhud

Zuhud adalah tidak ketergantungan terhadap duniawi, harta benda yang dia miliki tidak akan mempengaruhi jiwanya dalam hubungan Allah. Jika hartanya banyak tidak membuatnya bangga dan sombong begitu juga ketika hartanya sedikit, tidak akan membuatnya kecil hati, hina dan sedih.

Pos Terkait:  Aliran Tasawuf Falsafi dan Aliran Tasawuf Sunni

Menurut Ibnu ‘Athaillah, Zuhud harus dilakukan dua hal, yaitu dzahir dan batin. Zuhud yang dzahir seseorang harus zuhud terhadap barang halal yang berlebihan, baik berupa makanan, pakaian, dan sebagainya. Sedangkan pada zuhud batin seseorang harus zuhud terhadap perasaan hati yang tidak dibenarkan semisal perasaan sombong di depan orang lain, senang diupuji, syirik, iri hati dan sebagainya.

6. Mahabbah

Mahabbah dalam Bahasa di sebaagai ketertarikan terhadap sesuatu. menurut al-Ghazali mahabbah adalah kecenderungan dan ketertarikan seseorang kepada Allah Swt. Karena Allah Swt. di anggap sebagai dzat yang agung, maha pemurah dan penyayang serta sebagai pemberi rizki dan sebagai dzat yang sempurna. Oleh karena Dia harus di cintai. Robiah adawiyah mengatakan cinta kepada Allah harus di artikan  sebagai kepatuhan terhadap perintah-perintahnya dan menjahui larangan-larangannya bukan karena ingin surge dan takut neraka tetapi harus di lakukan atas dasar senang dan bahagia. Memang tidak seseorang menggapai cinta kepada Allah, karena Allah sendiri di ketahui melalui ilmu-ilmu akidah yang harus di Imani. Tetapi dalam tasawuf cinta kepada Allah dapat di peroleh melalui taqorrub, mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah terutama shalat, baik yang Sunnah maupun yang fadhu.

7. Syawuq

Menurut al-Qusyairi, syawuq adalah kegoncangan hati untuk menemui yang dicintai. Kerinduan tergantung dalamnya cinta. Dalam lubuk jiwa seorang sufi, rasa ini selalu ada karena ia selalu rindu untuk segera bertemu dengan Tuhan. Syawuq dapat mengantarkan seseorang untuk rajin dalam beribadah kepada Allah Swt. Karena pada saat ibadah seseorang behadapan dengan Tuhannya, seakan-seakan ia melihatnya. Pada saat itu seseorang akan merasakan kenikmatan yang tak terhingga, karena baginya Allah adalah Dzat yang Maha Indah yang tidak dapat di bandingkan keindahan hal-hal selain-Nya.

8. Unsi

Unsi secara berarti bersuka cita. Dalam tasawuf Unsi adalah keadaan spiritual seorang sufi yang merasa intim atau akrab dengan Tuhannya, karena telah merasakan kedekatan denganNya. ‘Uns dapat di raih ketika hati dipenuhi rasa cinta, kelembutan, keindahan, belas kasih, dan ampunan dari Allah. Uns adalah tingkatan paripurna kesuciannya dan kejernihan dzikirnya, sehingga dia merasa cemas, takut dan gelisah dengan segala sesuatu yang melupakannya untuk mengingat Allah. Maka pada saat itulah ia sangat bersuka cita dengan Allah SWT.

Pos Terkait:  Nafsu Manusia, Pengertian dan Derajatnya
9.  Ridha

Ridha berarti ikhlas menerima dengan lapang dada atas apa yang telah ditentukan dan ditakdirkan oleh Allah kepadanya. Keikhlasan mereka dalam menerima semata-mata karena Allah. Orang yang telah memiliki sifat “ridha” tidak akan mudah bimbang atau kecewa atas pengorbanan yang menimpanya, tidak merasa menyesal dalam hidup kekurangan, tidak iri hati atas kelebihan-kelebihan yang telah dimiliki oleh orang lain, karena mereka kuat dan tetap berpegang pada aqidah yang berkaitan dengan qadha dan qadhar yang semuanya itu dari Allah.

Ini semua adalah tingkatan maqamat  menurut imam Ghazali, sedangkan Ulama’ berbeda pendapat dalam tingkatan maqamat dalam tasawuf ini.

Menurut al-Qusyairi, terdapat tujuh maqam seseorang ketika melaksanak ajaran tasawuf, yaitu Taubat, Wara’, Zuhud, Tawakkal, Shabar, dan Ridha. Sedangkan Al-Thusi mengatakan, tingkatan maqamat dalam tasawuf, yaitu: Taubat, Wara’, Zuhud, Faqr, Shabar, Tawakkal dan Ridha. Dan Menurut Harun Nasution, maqamat yang paling populer, yaitu: Taubat, Zuhud, Shabar, Tawakkal dan Ridha.

 Kesimpulan

Maqamat adalah tingkatan atau derajat seseorang untuk menjadi insan kamil (manusia yang sempurna) dan mulia di sisi Allah Swt. Sedangkan tingkatan-tingkatannya yaitu taubat, roja’, khouf, zuhud, mahabbah, syawuq, unsi, dan yang terakhir ridha.

Itulah penjelasan tentang maqqamat dalam tasawuf. Semoga bermanfaat.

Bacajuga: Tingkatan-Tingkatan Surga dan Penghuninya

Materi kuliah