Metode Mendidik Anak Dalam Islam
Metode Mendidik Anak Dalam Islam

Pendidikan Pesantren Dalam Menangkal Radikalisme dan Ekstrimesme

Posted on

 

Di Tulis Oleh: Abd Muqit

IQI Pedia.com, Pesantren – Pesantren merupakan salah satu pilar pendidikan  dalam menangkal radikalisme dan ekstrimesme. Prof. Jend. Tito Karnavian dalam acara ILC TV One menjelaskan bahwa paham radikal memiliki tiga doktrin,  pertama, mewajibkan kelompoknya untuk berjihad memerangi orang yang tidak sepaham dengan mereka karena dalam pandangan mereka orang tersebut adalah kafir; kedua, mewajibkan kelompoknya untuk berjihad memerangi negara demokrasi dan negara sekuler termasuk juga Indonesia karena menurut mereka negara-negara tersebut adalah negara darul harbi, yaitu negara yang harus di perangi; ketiga, orang meninggal dalam berjihad maka akan mati syahid serta akan masuk surga sedangkan orang yang berjihad namun tidak meninggal maka ia akan mendapatkan pahala yang besar.

Doktrin-doktrin jihad seperti ini sangat membahayakan eksistensi negara dan keberlangsungan hidup manusia serta akan mempengaruhi orang-orang yang militan, orang yang kuat  ghiroh keagamaannya namun kurang pemahaman atau ilmu agamanya sehingga mereka mudah terpengaruh doktrin ini, yang kelihatannya memiliki nilai amal yang besar padahal itu ajaran Islam yang salah dan bertentangan dengan prinsip ajaran Islam, sebagai agama yang membawa rahmah (kasih sayang).

Paham radikal berawal dari pemahaman terhadap ayat-ayat jihad dalam Alquran yang di tafsirkan secara tekstual tanpa mempertimbangkan aspek bahasa, konteks historis ayat di turunkan serta pendekatan-pendekatan tafsir lainnya. Pemahaman seperti inilah menjadikan seseorang radikal, padahal masih banyak pendekatan-pendekatan tafsir lainnya sehingga ayat-ayat jihad dapat di tafsirkan secara benar dan proporsional sesuai konteksnya. Problem-problem yang menyebabkan radikalisme di atas dapat di jawab dengan tradisi pendidikan-pendidikan yang ada di Pesantren sebagaimana penjelasan berikut ini.

Pendidikan dan Tradisi Pesantren Yang  Dapat Menangkal Radikalisme dan Ekstrimesme

Tradisi Pendidikan tersebut dapat di petakan dalam lima hal. Pertama, orang terpengaruh radikalisme karena ilmunya sedikit sehingga mereka mudah di masuki paham radikalisme. Pendidikan di Pesantren di laksanakan dalam waktu yang lama sehingga pesantren dapat membekali anak didiknya (santrinya) dengan ilmu yang cukup sehingga sulit untuk dipengaruhi paham radikalisme, yang  pada hakikatnya adalah ajaran Islam yang salah.

Pos Terkait:  Sejarah Kimia Medisinal Dari Sebelum Masehi Sampai Modern

Kedua, ajaran radikalisme bersifat eksklusif sehingga kelompok radikalisme hanya berpegang teguh pada kitabnya, berbeda dengan ajaran pesantren yang bersifat inklusif sehingga santri dapat mengakses berbagai kitab yang pada akhirnya menjadikan santri mendapatkan ilmu dari berbagai perspektif dan berbagai pendapat-pendapat ulama’ bahkan pakar sehingga santri menjadi toleran.

Ketiga, konsep jihad, kafir  dan negara kelompok radikal berbeda dengan konsep jihad, kafir dan negara dalam Pesantren. Konsep jihad yang di ajarkan di pesantren yaitu sebagimana konsep jihad dalam qurrotul a’in, yaitu 1) menegakkan agama dengan hujjah argumentif yang konprehensif  serta menyebarkan ilmu agama; 2) Menolak kemadaratan dan menjaga kemashlahatan umat islam dan kafir dzimmi atau mu’ahad dalam konteks Indonesia yaitu warga negara yang non muslim. Sedangkan konsep kafir dalam ajaran pesantren di bagi dua yaitu kafir harbi dan kafir dzimmi atau mu’ahad. Kafir yang wajib di lawan adalah kafir yang pertama sebagaimana yang sudah di lakukan pesantren dalam melawan penjajah lewat resolusi jihad Mbah Hasyim Asy’ari, sedangkan kafir dzimmi atau kafir mu’ahad wajib di lindungi. Sedangkan dalam konsep negara,  pesantren membenarkan negara demokrasi yang berasaskan Pancasila sebagaimana yang sudah di sepakati dalam NU dalam muktamar 1984.

Pos Terkait:  Metode Mendidik Anak Dalam Islam

Keempat, pendekatan tafsir yang di pakai kelompok radikal yaitu pendekatan tekstual. Sedangkan di Pesantren di ajarkan pendekatan tafsir kebahasaan seperti ilmu nahwu (sintaksis), shorof (semantik) dan balaghah, ushul fiqh yang membahas ‘am khas, mutlaq muqoyyad, naskh mansukh dan di ajarkan ulumul quran yang membahas tentang manasabah antar ayat, asbabun nuzul serta di ajarkan pula sajarah islam yang pada saat ini jadikan pendekatan tafsir kontekstual. Oleh karena itu santri dalam memahami Alquran khususnya ayat jihad lebih kontekstual dan toleran.

Kelima, mengikuti titah Kiai. Dalam tradisi pesantren dawuh atau fatwa kiai menjadi rujukan utama santri dan alumninya. Semua permasalahan yang di hadapinya biasanya di konsultasikan kepada sang Kiai agar mendaptkan hidup yang berkah, setelah mendapatkan fatwa maka si santri atau alumninya akan mengikuti dengan sepenuh hati atau biasa di istilahkan dengan “sam’an watho atan”. Tradisi inilah paling ampuh dalam menangkal radikalisme.

Dengan demikian maka pendidikan di pesantren sangat signifikan dalam menangkal paham radikalisme. Demikianlah tulisan “signifikansi pendidikan pesantren dalam menangkal radikalisme”  ini, semoga bermanfaat. Amin.

Baca  juga: Doa Agar Teguh Dalam Memegang Prisnsip dan Pendirian

Penulis: Abd. Muqit