Pengertian Khauf
Khauf ajaran tasawuf menurut al-Ghazali terdiri atas ilmu, hal dan amal. Hal khauf dapat diraih melalui ilmu, yang dimaksudkan ilmu adalah pengetahuan tentang perkara-perkara yang dapat mendatangkan ketakutan, seperti azab Allah, sifat- sifat Allah, kedasyatan sakaratul maut dan hari akhir. Ilmu dengan sebab-sebab yang tidak disukai, menjadi sebab yang menggerakkan, yang membangkitkan kepada terbakarnya hati dan kepedihan. Kebakaran ini yang disebut khauf.
Kemudian hal khauf akan melahirkan amal, yaitu menjauhi perkara-perkata yang mendatangkan murka Allah dan perkara-perkara yang tidak mendatangkan ridha Allah. Jadi yang dimaksudkan amal adalah bekas daripada hal khauf. Kadang khauf tidak disebabkan penganiyaan yang diperbuat oleh orang yang takut, tetapi timbul dari sifat pihak yang menakutkan atau ditakuti.
Takut kepada Allah menurut al- Ghazali, pertama, disebabkan ma’rifah kepada Allah dan sifat-sifat-Nya. Kedua, takut karena banyaknya penganiayaan hamba dengan mengerjakan perbuatan- perbuatan maksiat. Dan ketiga, menurut pengetahuan akan kekurangan dirinya dan ma‟rifah akan keagungan Allah dan Allah tidak memerlukan kepadanya.
Baca juga: Ahli Ibadah Masuk Neraka, Cuma Gara-Gara Ini
Dalil Khauf
Dalil Khauf (rasa takut) dalam Ibadah yaitu firman Allah:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
Artinya: “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’: 57)
Macam-Macam Khauf
Khauf hanya dapat diyakini dengan menunggu yang tidak disukai. Sesuatu yang tidak disukai dibagi menjadi dua, adakalanya ia tidak disukai pada zatnya sendiri, dan ada kalanya ia tidak disukai karena membawa kepada yang tidak disukai. Tingkat orang-orang yang takut tergantung pada apa yang mengerasi atas hatinya hal-hal yang tidak disukai, yang ditakuti. Orang yang hatinya dikerasi dengan yang tidak disukai bukan dari zat itu, akan tetapi dari lainnya adalah seperti:
- Ketakutan akan runtuhnya taubat dan ingkarnya
- Ketakutan berbelok dari
- Ketakutan akan dikuasai kebiasaan mengikuti nafsu
- Ketakutan akan hilang kehalusan hati dan berganti dengan
- Ketakutan pada kesibukan hal-hal yang membuatkannya jauh dari
- Ketakutan datangnya kesombongan dengan nikmat yang
- Ketakutan terperosok ke jalan yang salah atas nikmat yang banyak.
- Ketakutan tertipu dengan keelokan-keelokan
- Ketakutan dilihat oleh Allah rahasianya pada saat ia
- Ketakutan tersegeranya siksaan di dunia dan tersiarnya sebelum
Semua ketakutan di atas merupakan maqam khauf orang-orang arifin. Setiap ketakutan di atas mempunyai faedah khusus, yaitu menempuh jalan berhati-hati dari hal-hal yang membawa kepada apa yang ditakutinya.
Untuk memahami khauf mengenai sifat-sifat Allah harus dengan contoh. Bagi Allah contoh yang tertinggi (al-masalu al-a‟lai). Siapa yang mengenal Allah, niscaya ia mengenal dengan menyaksikan batiniyah, yang lebih kuat, lebih terpecaya dan yang lebih jelas daripada penyaksian zahiriyah. Maqam kedua orang yang takut adalah ia mencontohi pada dirinya apa yang tidak disukai seperti:
- Azab
- Sakaratul maut dan
- Huru-hara dari kebangkitan dari
- Takut dari titian
- Takut dari tidak mendapatkan nikmat yang paling besar yaitu
- Takut terhijab dari
Semua sebab-sebab tersebut tidak disukai pada sebab-sebab itu sendiri. Tingkat tertinggi dari sebab-sebab khauf itu adalah takut terhijab dari Allah, dan itu khaufnya orang-orang arifin.
Keutamaan Khauf
Yaitu melalui keutamaan segala sesuatu yang membawa kebahagiaan bertemu dengan Allah. Untuk sampai kepada Allah, melalui dua jalan, yaitu bagi yang memperoleh kasih sayangNya dan jinak hati kepadanya di dunia. Kasih sayang itu tidak akan berhasil tanpa ma’rifah, dan ma’rifah tidak akan berhasil selain dengan takafur. Sedangkan kejinakan hati hanya akan berhasil dengan kasih sayang dan dzikir yang terus-menerus.
Dzikir dan takafur dapat dicapai dengan memutuskan kecintaan dunia dari hati dengan cara meninggalkan kelezatan dunia dan hawa nafsunya. Hawa nafsu dapat ditinggalkan dengan cara mencegah nafsu syahwat. Khauf adalah api yang membakar nafsu syahwatnya, kadar pencegahan perbuatan-perbuatan maksiat dan kadar yang menggerakkan kepda perbuatan-perbuatan taat. Khauf ini menghasilkan iffah, wara’, taqwa, dan mujahadah.
Al-Ghazali mengutip perkataan Abu al-Qasim al-Hakim sebagai berikut: “Siapa yang takut akan sesuatu, niscaya ia lari daripadanya. Dan siapa yang takut akan Allah, niscaya ia lari kepada Allah. Lawan khauf adalah berani atau merasa aman sebagaimana lawan raja’ adalah putus asa. Karena itu celaan akan aman menunjukkan kepada kelebihan khauf.
Sesungguhnya setiap orang yang mengharap akan kekasihnya, maka pasti ia takut akan kehilangannya. Maka khauf dan raja‟ itu saling ,mengharuskan, mustahil terlepas salah satu dari yang lainnya dari keduanya. Jadi, setiap apa yang datang dari hadits tentang kelebihan raja’ dan menangis, kelebihan taqwa dan taqwa, kelebihan ilmu dan celaan aman, maka itu menunjukkan kepada kelebihan khauf. Karena semua itu menyangkut dengan khauf. Adakalanya sangkutan sebab atau sangkutan musabbab.
Khouf ajaran tasawuf ini dapat membawa dampak terhadap hati-hati, takwa, mujahadah, ibadah, fikir, dzikir dan sebab-sebab lain yang menyampaikan kepada Allah. Setiap yang demikian membawa kehidupan serta kesehatan badan dan kesejahteraan akal. Maka setiap yang mencederakan dari sebab-sebab itu adalah tercela. Jadi, khauf apabila tidak membekas pada amal, maka sama saja seperti tidak ada.
Keberhasilan khouf dan raja’ membawa kepada keberhasilan sabar. Permulaan tingkat agama itu adalah yakin, yakin ini dengan mudah mengobarkan ketakutan kepada neraka dan harapan akan syurga, dan khauf dan raja’ itu menguatkan sabar.
Baca juga: