Iqipedia.com – Memperkuat ukhuah di tengah pandemi covid 19 adalah salah satu solusi dalam mengatasi dan bertahan dalam cobaan di tengah pandemi. Kata Ukhuwah berasal dari kata akhun yang berarti persaudaraan. Pakar tafsir al-Qur’an M. Quraish Shihab membagi Ukhuwah menjadi empat macam. Pertama, Ukhuwah Makhlukiyah wal ‘Ubudiyah, yakni saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah. Kedua, Ukhuwah Insaniyah (Basyariyah), berarti seluruh umat manusia bersaudara, karena berasal dari ayah dan ibu satu yakni Adam dan Hawa. Ketiga, Ukhuwah Wathaniyah wan-Nasabiyah, yaitu persaudaraan dalam kebangsaan dan keturunan, dan keempat, Ukhuwah Islamiyah, yaitu persaudaraan antar sesama Muslim.
Penyebutan macam yang terakhir telah banyak dibincang dan sering menjadi fokus kajian. Rasulullah pernah menggariskan tentang hubungan Ukhuwah Islamiyah ini. Beliau melukiskan bahwa persaudaraan antara sesama Muslim itu bagaikan satu tubuh. Disebutkan dalam sabdanya: “Perumpamaan kaum mukminin dalam kasih sayang dan saling mencintai adalah laksana kesatuan tubuh. Jika satu dari bagian tubuh itu sakit, maka seluruh badan turut merasakannya” (HR. Muslim).
Sungguh menyejukkan apa yang disampaikan Nabi SAW. Perumpamaan cinta dan kasih sayang antara sesama Muslim begitu lekat, erat, dan kuat, meskipun secara faktual terdapat perbedaan signifikan, mulai berbeda dalam aliran, madzhab, suku, ras, politik, warna kulit, dan lain-lain. Selain yang memeluk agama Islam pun menurut Nabi juga termasuk bagian dari Ukhuwah (saudara). Hal ini memang sudah didesain Allah sedemikian rupa demi keseimbangan tatanan kehidupan untuk menunjang keharmonisan hubungan manusia dengan yang lainnya. Sabda Nabi SAW:
أَنْتُمْ أَصْحَابِي وَإِخْوَانُنَا الَّذِي لَمْ يَأْتُوا بَعْدِى
“Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)-ku” (HR. Al-Baihaqi).
Terjalinnya Ukhuwah dalam setiap situasi dan kondisi harus terus diupayakan agar kesejahteraan dapat termanifestasikan. Wabah Covid-19 saat ini adalah bukti nyata, bahwa manusia telah dibuat ‘kocar-kacir’ oleh virus tersebut dari segi ekonomi, sosial, pola hidup dan perilaku masyarakat. Namun eksistensi Ukhuwah yang telah terjalin dapat memberi solusi dengan meringankan dan membantu masyarakat lain untuk menghadapi Covid-19 dengan penuh sabar, tulus, dan ikhlas. Setidaknya ada tiga cara dalam menjalin dan memperkuat Ukhuwah ditengah pandemi Covid-19.
Pertama memperbanyak sedekah
Ketersediaan harta dalam menghadapi Covid-19 bisa dibilang tragis. Apalagi pada kondisi keluarga yang sederhana dan pas-pasan dengan indikasi kehilangan pendapatan karena PHK massal, usaha mandek, dan mengalami pengangguran. Berbeda dengan keluarga yang perekonomiannya terbilang cukup atau bahkan lebih, mereka bisa memanfaatkan harta ditengah pandemi Covid-19 dengan memberi bantuan kepada yang membutuhkan. Perbuatan semacam ini sejalan dengan apa yang disampaikan Nabi SAW:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Muslim satu dengan Muslim lainnya itu bersaudara, maka hendaklah tidak menzalimi, jangan biarkan saudaramu (yang menzalimi atau dizalimi). Siapa yang selalu menolong saudaranya dalam hajatnya, maka Allah akan menolong hajatnya pula. Siapa yang menghilangkan kesulitan seorang Muslim, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya dari berbagai kesulitan yang dihadapi pada hari kiamat.” (HR Bukhari)
Hadis ini dapat dijadikan patokan dasar untuk senantiasa membantu orang lain yang kesulitan ditengah pandemi Covid-19, tidak hanya untuk umat Islam tetapi juga untuk non-Islam. Al-Qur’an juga menegaskan, bahwa menolong orang lain yang membutuhkan dengan bersedekah kepadanya sudah pasti akan diganti berlipat ganda oleh Allah (QS. Saba’ [34]: 39 dan QS. al-An’am [6]: 160). Bahkan selain bersedekah ini mampu mempererat Ukhuwah ditengah pandemi Covid-19, ia juga termasuk salah satu cara untuk menanggulangi Covid-19 dalam perspektif Islam;
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: بَاكِرُوا بِالصَّدَقَةِ فَإِنَّ الْبَلاَءَ لاَ يَتَخَطَّى الصَّدَقَةَ
Dari Anas berkata: “Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah mendahului sedekah” (HR. Al-Baihaqi).
Penjelasan hadis di atas membuktikan, bahwa sedekah mampu meredam berbagai macam bencana. Artinya, dalam menanggulangi penyebaran wabah Covid-19 saat ini, salah satunya bisa diatasi dengan memperbanyak sedekah. Sementara orang yang bersedekah sudah pasti tertanam dalam dirinya sikap Ukhuwah yang erat dan iman yang kuat.
Kedua menjalin silaturahim secara online
Instruksi pemerintah untuk menerapkan stay at home (berdiam dirumah) dan social distancing (pembatasan sosial) pada saat terjadinya wabah Covid-19 membuat masyarakat merasa sulit untuk beraktivitas. Meskipun diperbolehkan untuk saling bertemu dan bersilaturahim ke tetangga terdekat, tetapi tetap harus menghindari jabat tangan dan menjaga jarak setidaknya satu meter saat berinteraksi, terlebih dengan orang yang dinyatakan positif menderita Covid-19. Maka solusi yang tepat untuk terus mempererat Ukhuwah dengan menjalin silaturahim ditengah pandemi Covid-19 adalah dilakukan dengan cara online –bisa melalui SMS, chat WhatsApp, telpon dan Video call.
Banyak ayat al-Qur’an dan hadis Nabi yang menyinggung tentang silaturahim ini. Orientasi penjelasannya lebih mengacu pada hubungan Ukhuwah antara anggota satu dengan anggota yang lainnya. Disebutkan dalam hadis Nabi: “Bukanlah orang yang bersilaturahim itu orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang bersilaturahim ialah yang menyambung perkara yang putus” (HR. Bukhari). Bahkan silaturahim ini adalah cara kedua setelah sedekah dalam memperkuat Ukhuwah atau tali persaudaraan. Rasulullah menegaskan:
الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
“Bersedekah untuk orang miskin nilainya satu sedekah, sedangkan bersedekah untuk kerabat nilainya dua; sedekah dan menyambung hubungan silaturahim.” (HR. Ibnu Majah)
Contoh konkret silaturahim online saat pandemi Covid-19 tidak hanya dalam bentuk komunikasi via Telpon, WhtasApp, Facebook, dan lain-lain, tetapi juga bisa dalam bentuk mengaji online pada bulan Ramadhan ini. Mengaji online termasuk bagian silaturahim seorang murid pada guru/kyai dalam hal belajar mengajar secara online. Ini bisa ditemukan misalnya, pengajian dalam akun youtube Pondok Pesantren Lirboyo, GusMus Channel, NU Channel, SANTRI GAYENG, dan masih banyak lagi.
Selain bersilaturahim merupakan cara untuk memperkuat Ukhuwah ditengah pandemi Covid-19, ia juga bagian dari tindakan preventif atas penularan Covid-19. Disebutkan dalam hadis Nabi bahwa siapa pun yang bersilaturahim, selain dia dilapangkan rezekinya juga dipanjangkan usianya;
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah ia bersilaturahim.” (HR. Bukhari Muslim)
Jika Nabi menghendaki silaturahim mampu memperpanjang usia seseorang, maka boleh jadi orang yang bersilaturahim tidak mudah terjangkit Covid-19 yang disinyalir sangat mematikan. Sementara bila dinyatakan positif terjangkit Covid-19, orang yang bersilaturahim bisa juga dipastikan akan sembuh dari virus tersebut. Tentunya semua harus tetap dikembalikan kepada Allah SWT selaku inisiator dan pembuat skenario yang terjadi di dunia ini.
Ketiga mendoakan orang lain
Setiap doa yang dipanjatkan kepada Allah dengan yakin, tulus, dan ikhlas, dalam ajaran Islam sudah pasti akan dikabulkan oleh Allah SWT. Ini terekam dalam QS. al-Mu’min ayat 60; “Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagimu”. Mendoakan orang lain yang baik-baik sudah pasti akan kembali kepada kita yang mendoakannya. Demikian pula sebaliknya. Kita harus senantiasa mendoakan saudara-saudara yang dekat atau jauh, tetangga, sahabat, dan seluruh umat Islam pada khususnya dalam hal kebaikan.
Salah satu contoh representatif doa yang diajarkan Allah kepada hamba-Nya adalah sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an;
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hasyr [59]: 60).
Menjalin dan memperkuat Ukhuwah dengan mendoakan orang lain ini juga dicontohkan Allah dan para Malaikat ketika Mereka bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW; “Sungguh Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS. Al-Ahzab [33]: 56).” Nabi Muhammad sendiri telah wafat sejak 14 abad yang lalu, namun perintah bershalawat kepadanya masih terus disuarakan dan berlomba-lomba dikumandangkan sampai saat ini.
Bahkan uraian hadis Nabi mengindikasikan, bahwa kematian tidak menjadi tembok penghalang untuk memperkuat Ukhuwah melalui doa. Rasulullah bersabda; “Ketika manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya” (HR. Muslim). Yang terpenting dari ketiga amal ini dalam konteks memperkuat Ukhuwah adalah anak saleh yang senantiasa mendoakan orang tuanya yang sudah meninggal. Oleh karena itu, memperkuat Ukhuwah dengan mendoakan orang lain ini tidak hanya berpaku untuk orang yang masih hidup semata, tetapi juga untuk orang yang sudah meninggal.
Berdoa kebaikan yang telah kita utarakan untuk orang lain, kita pun akan mendapatkan kebaikan dan pahala dari doa kita sendiri. Begitu pula ditengah pandemi Covid-19 saat ini, memohon doa kepada Allah yang terbaik untuk seluruh penduduk negeri di dunia yang terjangkit Covid-19, bagi yang tertimpa musibah, serta yang mengalami kesulitan, sudah pasti akan kembali kepada kita, dan ini termasuk cara terakhir dalam memperkuat Ukhuwah ditengah pandemi Covid-19.
Dua poin pertama di atas merupakan cara untuk memperkuat Ukhuwah secara dzahir, sementara yang terkahir ini memperkuat Ukhuwah secara bathin. Terlebih pada saat pandemi Covid-19 saat ini, Ukhuwah tidak hanya sebatas teori diatas kertas yang disampaikan dalam bentuk tulisan dan ceramah, tetapi juga harus diperkuat, dibentengi, dan dimanifestasikan dalam bentuk bantuan berupa sedekah, menjalin silaturahim secara online, dan saling mendoakan yang terbaik. Wallahua’lam bis shawab.