aliran tasuwuf
aliran tasuwuf

Aliran Tasawuf Falsafi dan Aliran Tasawuf Sunni

Posted on

Iqipedia.com Aliran tasawuf berkembang dalam islam, namun perkembangan aliran tasawuf ini bukan lantas suatu keniscayaan tetapi problem baru dalam tubuh tasawuf, sedangkan tasawuf adalah bagian signifikan dari ajaran Islam, para tokohnya mengajarkan manusia memiliki hati yang bersih suci dan selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Dalam perjalanannya, tasawuf terus mengalami perkembangan, dimulai dari fase pembentukan, pengembangan, konsolidasi, hingga fase pemurnian ajaran tasawuf. Dari masing-masing fase tersebut, para sufi memiliki konsepsi, pemahaman, dan cara yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.

Perbedaan tersebut dapat di lihat dari perdebatan dan pro-kontra terhadap beberapa teori yang di gagas oleh tokoh-tokoh sufi tersebut. Bahkan tak jarang sebagian aliran tasawuf di klaim kafir dan di bunuh karena mengajarkan ajaran tasawuf yang sesat dan tidak relevan masyarakat bahkan bertentangan dengan ajaran islam sendiri.

Dari pro-kontra inilah muncul aliran-aliran dalam tasawuf yang terbagi dua golongan, yaitu aliran tasawuf falsafi dan aliran tasawuf sunni. Dua aliran yang saling bersebrangan, penuh dengan kontra, perdebatan hingga sesat-menyesatkan dan kafir-mengkafirkan.

Tulisan akan mengulasnya dua aliran tasawuf ini, dari mulai difinisi,  tokoh-tokoh yang memprakarsainya, dan doktrin-doktrin yang di ajarkan kepada pengikutnya?

Aliran Tasawuf Falsafi

Tasawuf falsafi adalah ajaran tasawuf yang di gagas oleh para tokoh sufi melalui ilham. Sayangnya ajaran-ajaran tasawuf tidak membatasi diri dengan syari’at, al-Quran dan hadis, sehingga banyak ajaran tasawuf yang bertentangan dengan al-Quran dan hadis dan syari’at. Maka tidak mengeherankan jika kebanyakan sufi yang mengikuti aliran ini akan mengalami ekstasi (mabuk spiritual) dan mengeluarkan ajaran yang terkesan kontroversi dan di tentang oleh ulama’-ulama’.

Tasawuf falsafi di perakasai oleh Abu Yazid al-Busthami, Ibnu Arabi, Abu Mansur al-Hallaj, Ibn Atha’, al-Syibli, Bundar Ibn Husain, Abu Hamzah al-Baghdadi, Summun al-Muhibb, dan beberapa sufi Irak.

Tasawuf falsafi mengeluarkan beberapa ajaran dan doktrin yang rumit dan sulit di pahami, karena ajarannya di peroleh dari pengalaman spritual para tokohnya, lalu ajaran dan doktrin tersebut di tolak oleh tokoh-tokoh sufi lainya.

Pos Terkait:  Sejarah Kodifikasi Al-Quran Pada Masa Abu Bakar, Umar, dan Utsman

Ajaran tersebut meliputi:

  1. Fana’

Fana’ adalah hilangnya semua keinginan hawa nafsu seseorang, dan tidak memiliki pamrih dari segala manusia, sehingga ia kehilangan segala perasaannya atas dunia dan makhluk. Seseorang yang yang mencapai fana’, ia telah menghilangkan semua kepentingan ketika berbuat sesuatu.

  1. Baqa’

Baqa’ adalah kekalnya sifat ketuhanan, akhlak terpuji, dan kebersihan jiwa dari dosa dan maksiat. Untuk dapat mencapai baqa’ ini dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh, seperti bertaubat, berdzikir, beribadah, serta menghiasi diri dengan akhlak terpuji.

  1. Al-Ittihad

Menurut Harun Nasution, ittihad adalah sebuah tingkatan dimana seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Dalam ittihad bisa terjadi pertukaran antara yang mencintai dan yang dicintai, yaitu antara sufi dengan Tuhan. Ketika ajaran ini di gagas oleh Abu Yazid al-Bustomi.

  1. Hulul

Hulul adalah Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia, di mana manusia tersebut telah mampu melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana’.

Hulul pertama kali dicetuskan oleh Abu al-Mugis al-Husein bin Mansur bin Muhammad al-Baidawi, dan lebih dikenal dengan nama al-Hallaj.

Menurut al-Hallaj, manusia itu memiliki sifat dasar ganda, yaitu sifat ketuhanan dan sifat kemanusiaan. Begitu juga dengan Allah, memiliki sifat dasar ketuhanan dan juga terdapat sifat kemanusiaan. Apabila sifat-sifat kemanusiaan itu telah dilenyapkan melalui fana’ dan sifat-sifat ketuhanan dikembangkan, maka akan tercapailah persatuan dengan Tuhan dalam bentuk hulul.

  1. Wahdatul wujud

Wahdatul wujud Secara harfiah wahdatul wujud artinya adalah “kesatuan eksistensi”. Doktrin ini tidak mengakui adanya perbedaan antara  tuhan dengan makhluk, seandainya ada maka hanya kepercayaan bahwa tuhan  itu adalah keseluruhan, sedangkan makhluk adalah bagian dari keseluruhan tersebut, dan Tuhan memperlihatkan Diri pada apa saja yang ada di alam ini, karena tak ada satupun di alam  ini kecuali wujud Tuhan.

Tasawuf ini berkembang pada abad II hingga V hijriah dan sempat populer, namun kepopulerannya justru karena karena mengeluarkan banyak ajaran yang kontroversi, bukan karena baiknya gagasan dan teori yang di buat. Tasawuf ini juga mendapat banyak penolakan oleh umat islam sendiri, khususnya aliran ahli sunnah wal jama’ah atau yang populer dengan Aswaja. aliran teologi yang usung oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari mengkritik keras dan habis-habisa aliran-aliran tasawuf yang di gagas Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj.

Pos Terkait:  Adab Buka Puasa dalam Islam, Tips dan Tuntunan

Doktrin-doktri mereka yang  populer, seperti hulul, wahdatul wujud, al-ittihad, wahdatul adayan, syathahiyat dan lainnya, dianggap melenceng dari akidah Islam, karenanya doktrin itu harus di tolak dan di lenyapkan. Serta mengembalikan ajaran tasawuf kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.

Baca juga:Ikhlas : Pengertian, Dalil, Tingkatan, Ciri -Ciri dan Tips – Tips Ikhlas

Aliran Tasawuf Sunni

Tasawuf sunni selain berdasarkan ilham juga mengedepankan al-Quran dan hadis dalam merumuskan beberapa ajarannya. Ilham tidak jadikan landasan dalil primer dalam mengajarkan ilmu tasawuf. Ilham dapat di sumber dalil jika tidak bertentangan syari’at.

Jika bersebrangan dengan syari’at maka ilham yang di peroleh sang sufi di tolak. Karena pada dasarnya, jika ilham bertentangan dengan syari’at maka ia bukan ilham lagi, tetapi ia adalah bisikan setan. Selain itu sosok Rasulllah Saw. menjadi faktor kunci dalam ajaran yang di gagas para tokoh tasawuf sunni, bagi golongan ini sosok rasulullah Saw. di sadari betul bahwa beliau adalah sosok yang di ciptakan Allah sebagai contoh dan panutan seluruh umat manusia. Tasawuf sunni juga di kenal dengan tasawuf akhlaki.

Tasawuf sunni hadir sebagai aliran yang mengconter ajaran ajaran tasawuf falsafi. Para tokoh-tokoh tasawuf  ini  mengkritik habis-habisan ajaran yang di gagas tasawuf falsafi. Rivalitas keduanya terus bergulir tidak ada habis, dan kedua-keduanya saling mengklaim yang paling benar serta saling mempertahankan ajarannya masing-masing, sehingga pada akhirnya masuk dalam ranah pengadilan, bahkan vonis hukuman mati harus di terima oleh tokoh tasawuf falsafi, misalnya al-Hallaj dan syekh siti jinnar.

Tasawuf sunni diprakarsai oleh Syaikh Junaid al-Baghdadi. Baginya  tasawuf merupakan penyucian hati dengan perjuangan yang sungguh-sungguh, atau dalam arti lain “manusia tidak akan melaksanakan tasawuf dengan obrolan dan kata-kata belaka, tetapi ia harus melatih diri dengan lapar, menghindari kehidupan duniawi yang berlebihan, dan pemutusan hubungan dengan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaannya. Selain al-Junaidi masih banyak lagi tokoh tasawuf sunni lainnya, misalnya robi’ah adawiyah, hasan al-basri, al-Qusayri, al-Harawi, dan abu hasan al-Asy’ari.

Pos Terkait:  Bulan Ramadhan 2022, Begini Dasar Penetapannya Oleh Pemerintah, NU dan Muhammadiyah

Namun yang paling populer yaitu Imam Ghazali. Tokoh yang di kenal dengan hujjatul Islam ini, gencar melakukan kritik terhadap para sufi yang bertentangan dengan syari’at, menurutnya ajaran tasawuf harus sejalan dengan syari’at dan tidak boleh bertentangan. Al-Ghazali juga mendirikan toriqot dan menulis banyak kitab tasawuf.  Yang  paling populer adalah kitab tasawuf ihya’ ulumuddin. Kitab ini di anggap kitab tasawuf terbaik karena beliau mampu meramunya dengan al-Quran dan hadis dan di sertai beberapa argumen dan dalil yang rasional.

Dalam perkembangannya tasawuf  sunni mengalami perkembangan yang sangat pesat dan di anut  banyak umat Islam. Memang wajar tasawuf ini berkembang pesat, selain ajarannya yang sederhana, tasawuf ini mudah di pahami dan  praktikkan, selalu mengajarkan hidup seimbang antar dunia akhirat, ibadah dan bekerja, serta membuat pengikutnya tidak melupakan kewajiban-kewajiban dalam kehidupan sosialnya.

Tasawuf sunni memiliki beberapa prinsip yang harus di gunakan dalam bertasawuf. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

  1. Melandaskan diri pada al-Qur’an dan Sunnah.
  2. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat, sebagaimana terdapat dalam ungkapan syathahiyat.
  3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan manusia.
  4. Kesinambungan antara haqiqat dan syari’ah.
  5. Lebih berkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak, serta penyucian batin dengan cara riyadlah (melatih menahan nafsu), takhalli (membersihkan hati), tahalli (mempermanis dengan amal), dan tajalli (menghiasi dengan amal sholih).

Itulah penjelasan tentang aliran-aliran dalam tasawuf. Semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi anda dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat.