fitrah manusia
fitrah manusia

Dialog Manusia dengan Allah Dalam Kandungan

Posted on

Teologi – Dialog manusia dengan Allah ketika dalam kandungan bersaksi akan ketuhanan Allah Swt. Keberagaman dalam beragama memang tidak dapat di pungkiri walaupun bertentang dengan fitrah manusia, dan hal itu merupakan fakta sosial yang tidak dapat hindari serta harus di akui sebagai sunnatullah, ketentuan dari Allah Swt. Allah pun dalam bebrapa firmannya dalam Al-Quran  menyatakan bahwa bahwa umat Islam harus menghargai dan menghormati umat agama lain serta membangun kehidupan yang rukun harmoni.

Walau demikian, terdapat informasi menarik yang di sampaikan Al-Quran terkait dalam bertuhan ketika manusia masih dalam kandungan.  al-Quran menjelaskan bahwa ketika manusia di dalam kandungan dan tiupkannya roh kedalamnya, Allah bertanya, apakah aku Tuhanmu? manusia menjawab, ya aku bersaksi, Engkau adalah Tuhanku.

Dialog manusia dengan Allah ketika dalam kandungan ini terekam dalam al-Quran QS. Al-A’raf ayat  172, Allah berfirman:

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِيْ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰى اَنْفُسِهِمْ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوْا بَلٰى شَهِدْنَا

“ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan mereka dari tulang sulbi bani Adam, Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka. seraya Allah berfirman, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, Engkau Tuhan kami, kami bersaksi akan hal itu” (QS. Al-A’raf: 172)

Ayat ini menjelaskan tentang fitrah manusia yang bersaksi akan ketuhanan Allah Swt. hal ini terjadi sejak di pisahkannya air seperma dari tulang rusuk saat berada dalam kandungan Ibunya hingga lahir kedunia ini.

Pos Terkait:  Siwak, Tata cara, Keutamaan, khasiat siwak serta doanya

Dalam tafsir yang berlandaskan kebahasan, di jelaskan bahwa kata robbikum di atas bermkna mengatur. Maka ayat tersebut memilki arti:

Apakah engkau mengetahui bahwa aku yang mengaturmu? Manusia menjawab, iya menyaksikan. Maksudnya manusia menyaksikan peros..es penciptaan manusia yang berasal dari seperma, berubah menjadi darah, lalu menjadi daging dan tulang hingga menjadi manusia yang sempurna. Ia takjub akan proses penciptaan Allah Swt. terhadap manusia. Yang awalnya hanyalah seperma yang menjijikan, hingga berubah menjadi manusia yang pintar, dan makhluk paling sempurna dan mulia.

Lalu kalau manusia bersaksi atas ketuhannan allah sejak masih dalam kandung, mengapa manusia berbeda-berbeda dalam beragama dan Tuhannya??? Pertanyaan ini terjawab dalam hadis baginda Nabi Muhammad Saw.  Rasulullah Saw. bersabda:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

“Setiap anak dilahirkan atas fitrahnya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya mereka Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR. Bukhari)

Hadis ini menjelaskan fitrah manusia, bahwa manusia ketika lahir masih dalam fitrahnya, yaitu beriman kepada Allah Swt. sebagaimana QS. Al-A’raf: 172,  Kemudian kedua orang tuanya lah yang merubah fitrah manusia itu, sehingga manusia beragama sesuai agama orang tuanya. Bisa beragama yahudi, nasrani, hindu, budha, konghucu, dll sesuai agama orang tuanya.

Pos Terkait:  Sejarah Agama Nasrani

Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan agama seseorang, karena orang tua memiliki jasa yang sangat besar dalam kehidupan seseorang mulai lahir, dewasa bahkan hingga meninggal. Selain itu dalam tradisi masyarakat memiliki hukum adat bahwa tidak boleh membantah titah dan perintah orang tua,  bahkan dalam mitos tak jarang bahwa kutukan orang tua menjadi kenyataan. Misalnya yang kondung, malin kundang, yang di kutuk jadi batu. Superioritas orang tua berlaku kencang di berbagai masyarakat luas. Faktor ini di karenakan masyarakat memang masih memiliki pengetahuan yang minim, kalau masyarakat sudah memiliki pengetahuan keagamaan yang kuat pasti ia akan membebaskan putra putrinya untuk memilih sesuai kehendaknya. Karena pada hakikatnya manusia akan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri-sendiri, bukan orang taunya.

Nah, itulah penjelasan tentang dialog manusia dengan Allah ketika dalam kandungan. Semoga menambah wawasan dan keimanan saudara.

Penulis: Abd. Muqit