Para Rasul Dan Mu'jisatnya
Para Rasul Dan Mu'jisatnya

Kisah Nabi Musa di Usir Nabi Khidir As. Ketika Menuntut Ilmu

Posted on

Kisah –  Nabi Musa As. belajar menuntut ilmu kepada dan nabi khidir, karena mendapat informasi, nabi khidir lebih pintar darinya.  Nabi Musa As. mendapat informasi dari Allah bahwa Allah memiliki Nabi yang lebih pintar dari nabi Musa As. Karena informasi tersebut akhirnya ingin menemui Nabi Khidir untuk belajar ilmunya nabi yang hingga saat ini masih di yakini hidup. Nabi Musa As berangkat bersama pembantunya. , setelah bertemu dengan  Nabi Khidir Nabi berkata kepada Nabi Khidir: Bolehkah aku mengikuti engkau, agar engkau dapat mengajariku?

Nabi Khidir As. menjawab: Engkau tidak akan mampu sabar bersamaku. Karena engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ilmuku!

Nabi Musa As. menjawab: Insya Allah aku akan sabar dan tidak akan menetang engkau.

Nabi Khidir As.  berkata kepada Nabi Musa As.: Jika engkau mengikutiku, janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang apa pun sampai aku menerangkannya kepadamu.

Lalu kemudian mereka berjalanlah, hingga ketika menaiki perahu,Nabi  Khidir melubanginya. Nabi Musa  berkata, Apakah engkau melubanginya untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat suatu kesalahan yang besar.

Nabi Khidir berkata kepada Nabi Musa: Bukankah sudah aku katakan bahwa sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?

Pos Terkait:  Khauf, Pengertian, Dalil, Macam-Macam dan Keutamaan Khauf

Nabi Musa berkata, Janganlah engkau menghukumku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebaniku dengan kesulitan dalam urusanku.

Kemudian, berjalanlah keduanya, hingga ketika berjumpa dengan seorang anak, Lalu  Nabi Nabi khidri membunuhnya. Lalu Nabi Musa berkata, Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau benar-benar telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.

Nabi Khidir berkata lagi kepada Nabi Musa: Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?

Nabi Musa berkata kepada Khidir: Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah mencapai batas (yang wajar dalam) memberikan uzur (maaf) kepadaku.

Lalu, keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampai ke penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka tidak mau menjamu keduanya. Kemudian, keduanya mendapati dinding (rumah) yang hampir roboh di negeri itu, lalu  Nabi Khidir  menegakkannya.

Nabi Musa berkata kepada Nabi Khidir: Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.

Nabi Khidir berkata lagi kepada Nabi Musa: Inilah (waktu) perpisahan antara aku dan engkau.

Aku akan memberitahukan kepadamu makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya.

Pos Terkait:  Hikmah Puasa Untuk Kesehatan Dapat menyembuhkan Penyakit

Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka, aku bermaksud membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja (zalim) yang mengambil setiap perahu (yang baik) secara paksa.

Adapun anak itu (yang aku bunuh), kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya untuk durhaka dan kufur.

Maka, kami menghendaki bahwa Tuhan mereka menggantinya (dengan seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya).

Adapun dinding (rumah) itu adalah milik dua anak yatim di kota itu dan di bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka adalah orang saleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Aku tidak melakukannya berdasarkan kemauanku (sendiri). Itulah makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya.”

Ya itulah sekelumit cerita kisah Nabi Musa As. menuntut ilmu kepada Nabi Khidir as. Semoga dapat mengispirasi. Terimakasih.

Baca juga: Pengertian dan Faktor Pemicu Radikalisme

Penulis: Abd. Muqit

 

Pos Terkait:  Sejarah Agama Nasrani