Aliran Mu’tazilah: Pemikiran dan Sanggahannya

Posted on

Pendahuluan

Aliran Mu’tazilah merupakan salah satu aliran pemikiran dalam Islam yang muncul pada abad ke-8 Masehi. Aliran ini memiliki pemikiran yang khas dan mengajukan beberapa sanggahan terhadap ajaran-ajaran yang telah ada sebelumnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai aliran Mu’tazilah, pemikiran yang diusungnya, serta beberapa sanggahan yang diajukan oleh aliran ini.

Asal Usul Aliran Mu’tazilah

Aliran Mu’tazilah berasal dari kata “ittazala” yang artinya “menjauhkan diri”. Aliran ini muncul pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun di Baghdad. Al-Ma’mun memiliki minat yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, termasuk filsafat. Ia mendirikan Bait al-Hikmah atau Rumah Kebijaksanaan yang menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan pada masa itu. Bait al-Hikmah menjadi tempat berkumpulnya para cendekiawan, termasuk para Mu’tazilah.

Pemikiran Aliran Mu’tazilah

Aliran Mu’tazilah memiliki beberapa pemikiran inti. Pertama, mereka meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya sumber hukum yang sah. Mereka menolak penggunaan kaidah-kaidah analogi dalam menetapkan hukum Islam. Kedua, Mu’tazilah menganggap bahwa akal manusia adalah sumber pengetahuan yang bisa dipercaya. Mereka memandang bahwa akal manusia dapat digunakan untuk memahami ajaran agama dan menentukan apa yang benar dan salah. Ketiga, aliran ini mengajarkan adanya kebebasan manusia dalam memilih perbuatannya. Mereka meyakini bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.

Pos Terkait:  Niat Puasa Qodho: Membuat Puasa yang Telah Terlewatkan Diterima oleh Allah

Sanggahan Aliran Mu’tazilah

Meskipun memiliki pemikiran yang khas, aliran Mu’tazilah juga mendapatkan beberapa sanggahan dari aliran lain dalam Islam. Salah satu sanggahan yang sering diajukan terhadap Mu’tazilah adalah mengenai konsep ketuhanan. Aliran ini cenderung mengedepankan akal sebagai sumber pengetahuan yang utama, sehingga ada yang berpendapat bahwa Mu’tazilah mengabaikan keberadaan wahyu sebagai sumber pengetahuan yang diberikan langsung oleh Allah. Selain itu, Mu’tazilah juga mendapatkan sanggahan mengenai konsep kebebasan manusia. Beberapa aliran lain berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas terbatas, sedangkan Mu’tazilah meyakini bahwa manusia memiliki kebebasan penuh dalam memilih perbuatannya.

Pengaruh Aliran Mu’tazilah

Aliran Mu’tazilah memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan pemikiran Islam. Pemikiran mereka tentang akal dan kebebasan manusia memberikan kontribusi besar dalam pengembangan ilmu kalam, ilmu pengetahuan, dan filsafat dalam dunia Islam. Beberapa tokoh terkenal dari aliran Mu’tazilah antara lain adalah Abu al-Hudzaifah al-Isfahani, al-Nazzam, dan Abu Bakar al-Asamm. Meskipun pemikiran Mu’tazilah tidak lagi dominan dalam dunia Islam, tetapi warisan dan kontribusi mereka masih terus dipelajari dan diperdebatkan hingga saat ini.

Kesimpulan

Aliran Mu’tazilah merupakan aliran pemikiran dalam Islam yang muncul pada abad ke-8 Masehi. Mereka memiliki pemikiran yang khas, seperti meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya sumber hukum yang sah, mengedepankan akal sebagai sumber pengetahuan yang utama, dan meyakini adanya kebebasan manusia dalam memilih perbuatannya. Namun, aliran Mu’tazilah juga mendapatkan beberapa sanggahan mengenai konsep ketuhanan dan kebebasan manusia. Meskipun pemikiran Mu’tazilah tidak lagi dominan dalam dunia Islam, tetapi kontribusi mereka terhadap perkembangan pemikiran Islam tetap diakui dan dipelajari hingga saat ini.