Waktu Terjadinya Lailatul Qadar Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani

Posted on

Pengantar

Salah satu malam yang sangat istimewa bagi umat Muslim adalah Lailatul Qadar. Malam tersebut diyakini sebagai malam yang penuh berkah dan rahmat dari Allah SWT. Dalam tulisan ini, kita akan membahas mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadar menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, seorang ulama terkenal dalam dunia Islam.

Siapakah Ibnu Hajar Al-Asqalani?

Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah seorang ulama besar yang lahir di kota Asqalan, Palestina pada tahun 773 H atau 1372 M. Beliau dikenal sebagai seorang ahli hadis dan sejarah Islam yang sangat terkemuka. Salah satu karya monumental beliau adalah kitab Fathul Bari, sebuah syarah dari Shahih Bukhari yang dianggap sebagai salah satu kitab hadis terbaik dalam sejarah Islam.

Pandangan Ibnu Hajar Al-Asqalani tentang Waktu Terjadinya Lailatul Qadar

Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan bahwa Lailatul Qadar terjadi di salah satu malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Beliau mengutip beberapa hadis yang menjelaskan bahwa malam tersebut jatuh pada salah satu malam ganjil seperti malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29. Namun, beliau juga menekankan bahwa malam ke-27 memiliki kemungkinan yang lebih besar.

Pos Terkait:  Kisah Sahabat Ukasyah bin Mihshan yang Menakjubkan

Beliau juga menjelaskan bahwa Lailatul Qadar tidak selalu jatuh pada tanggal yang sama setiap tahunnya. Waktu terjadinya Lailatul Qadar dapat berubah-ubah setiap tahunnya sesuai dengan penentuan Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di 10 hari terakhir bulan Ramadan, khususnya pada malam-malam ganjil, agar tidak melewatkan malam yang sangat istimewa ini.

Keutamaan Lailatul Qadar

Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang sangat besar dalam agama Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Surah Al-Qadr (97:1-5), “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbit fajar.”

Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, keutamaan Lailatul Qadar ini berarti ibadah yang dilakukan pada malam tersebut akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Maka dari itu, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan berdoa di malam-malam terakhir bulan Ramadan.

Amalan di Malam Lailatul Qadar

Berdasarkan pandangan Ibnu Hajar Al-Asqalani, ada beberapa amalan yang dapat dilakukan di malam Lailatul Qadar. Pertama, melakukan shalat sunnah tahajjud. Shalat ini dilakukan setelah tidur sejenak dan sebelum waktu shalat subuh. Melakukan shalat ini akan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon ampunan-Nya.

Pos Terkait:  Jual Beli Kredit, Apakah Sama dengan Riba?

Amalan kedua adalah membaca Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an di malam Lailatul Qadar memiliki pahala yang sangat besar. Umumnya, umat Muslim membaca Al-Qur’an secara khusyuk dan berulang-ulang pada malam ini.

Selain itu, berdoa juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan di malam Lailatul Qadar. Umumnya, umat Muslim berdoa memohon ampunan, keberkahan, dan kebaikan di dunia maupun di akhirat. Berdoa dengan tulus dan khusyuk di malam Lailatul Qadar dapat menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon segala kebaikan.

Kesimpulan

Dalam pandangan Ibnu Hajar Al-Asqalani, Lailatul Qadar terjadi di salah satu malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Beliau menekankan pentingnya memperbanyak ibadah di malam-malam ganjil tersebut, terutama malam ke-27 yang memiliki kemungkinan lebih besar sebagai Lailatul Qadar. Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang sangat besar, sehingga umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak amalan ibadah, seperti shalat tahajjud, membaca Al-Qur’an, dan berdoa di malam-malam terakhir bulan Ramadan. Semoga kita semua dapat memanfaatkan malam-malam terakhir bulan Ramadan dengan sebaik-baiknya dan mendapatkan berkah yang melimpah dari Allah SWT.

Pos Terkait:  Hikmah Syar'i di Balik Pembersihan Bulu Ketiak dan Penggunaan Deodoran