Manna dan Salwa adalah dua jenis makanan yang diberikan oleh Allah SWT kepada Bani Israel ketika mereka berada di padang pasir selama 40 tahun. Dalam Alkitab, keduanya disebut sebagai “makanan dari surga” yang diberikan sebagai karunia bagi Bani Israel.
Manna
Manna adalah makanan yang diberikan oleh Allah SWT kepada Bani Israel selama mereka berada di padang pasir. Manna sendiri adalah sebuah kata dalam bahasa Ibrani yang berarti “apa ini?”. Ketika Bani Israel melihat makanan tersebut di pagi hari, mereka bertanya-tanya “apa ini?” karena mereka tidak pernah melihat makanan seperti itu sebelumnya.
Manna memiliki rasa yang manis dan menyerupai roti. Makanan ini diberikan oleh Allah SWT setiap pagi selama 40 tahun dan hanya bisa diambil sebanyak yang dibutuhkan pada hari itu saja. Jika seseorang mengambil terlalu banyak, makanan tersebut akan rusak dan tidak bisa dimakan.
Manna juga memiliki arti spiritual yang dalam. Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah roti hidup yang turun dari surga. Ini merujuk pada manna yang diberikan oleh Allah SWT kepada Bani Israel sebagai makanan dari surga.
Salwa
Salwa adalah jenis daging burung yang diberikan oleh Allah SWT kepada Bani Israel sebagai makanan selama mereka berada di padang pasir. Dalam Alkitab, Salwa disebut sebagai “daging” dan diberikan setiap sore sebagai pelengkap makanan Bani Israel.
Salwa diberikan setiap hari selama 40 tahun dan hanya bisa diambil sebanyak yang dibutuhkan pada hari itu saja. Jika terlalu banyak diambil, makanan tersebut akan rusak dan tidak bisa dimakan.
Salwa juga memiliki arti spiritual yang dalam. Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah roti hidup yang turun dari surga. Ini merujuk pada Salwa yang diberikan oleh Allah SWT kepada Bani Israel sebagai makanan dari surga.
Kesimpulan
Manna dan Salwa adalah makanan yang diberikan oleh Allah SWT kepada Bani Israel selama mereka berada di padang pasir selama 40 tahun. Manna adalah makanan yang manis dan menyerupai roti, sementara Salwa adalah jenis daging burung. Keduanya memiliki arti spiritual yang dalam dan merujuk pada Yesus sebagai roti hidup yang turun dari surga.
Kita dapat belajar dari kisah ini bahwa Allah SWT selalu memberikan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya, meskipun dalam situasi yang sulit sekalipun. Kita harus selalu bersyukur atas semua karunia yang diberikan kepada kita dan mempercayai bahwa Allah SWT akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita.