Umum

Pada Bulan-Bulan Ini, Rasulullah Menikah: Kisah Perkawinan Rasulullah

×

Pada Bulan-Bulan Ini, Rasulullah Menikah: Kisah Perkawinan Rasulullah

Share this article

Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, terdapat beberapa peristiwa penting yang terjadi pada bulan-bulan tertentu. Salah satunya adalah pernikahan Rasulullah dengan beberapa orang istri beliau. Pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai perkawinan Rasulullah pada bulan-bulan tertentu.

Perkawinan Pertama: Khadijah binti Khuwailid

Perkawinan Rasulullah yang pertama terjadi pada bulan Ramadhan, sekitar tahun 595 Masehi. Saat itu, Nabi Muhammad SAW masih berusia 25 tahun dan belum memulai dakwahnya. Beliau menikahi seorang janda kaya bernama Khadijah binti Khuwailid yang berusia 40 tahun.

Khadijah adalah seorang pedagang sukses yang memiliki banyak kekayaan dan bisnis di Mekkah. Beliau sangat terpesona dengan kepribadian Rasulullah yang jujur, amanah, dan berbudi pekerti baik. Khadijah pun menawarkan diri untuk menikahi Rasulullah, dan beliau menerima tawaran tersebut. Pernikahan ini menjadi awal dari perjalanan dakwah Rasulullah yang penuh keberkahan.

Perkawinan Kedua: Saudah binti Zam’ah

Setelah Khadijah wafat pada tahun 619 Masehi, Rasulullah menikahi beberapa istri lainnya. Salah satunya adalah Saudah binti Zam’ah, seorang janda yang pernah menjadi istri dari seorang sahabat Rasulullah. Pernikahan ini terjadi pada bulan Syawal, sekitar satu tahun setelah wafatnya Khadijah.

Saudah adalah istri pertama Rasulullah setelah kematian Khadijah. Beliau menikahi Saudah sebagai bentuk kebaikan hati dan kepedulian kepada sahabatnya yang telah kehilangan suami. Kehadiran Saudah juga memberikan kebahagiaan bagi Rasulullah dan keluarganya, serta membantu dalam urusan rumah tangga.

Pos Terkait:  Profil dan Rekam Jejak Murat Yakin Pelatih Timnas Swiss

Perkawinan Ketiga: Aisyah binti Abu Bakar

Perkawinan Rasulullah yang ketiga terjadi pada bulan Syawal, sekitar satu tahun setelah menikahi Saudah. Kali ini, beliau menikahi seorang gadis muda bernama Aisyah binti Abu Bakar. Aisyah adalah putri dari sahabat Rasulullah yang bernama Abu Bakar.

Pernikahan ini menjadi kontroversial karena Aisyah masih sangat muda, hanya berusia 6 tahun saat menikah, dan baru berusia 9 tahun saat Rasulullah wafat. Namun, pada masa itu, menikahi gadis muda bukanlah hal yang aneh atau dilarang dalam budaya Arab. Selain itu, pernikahan ini memiliki banyak hikmah dan manfaat, antara lain memberikan pendidikan dan pelatihan agama pada Aisyah, serta mempererat hubungan antara Rasulullah dan Abu Bakar.

Perkawinan Keempat: Zainab binti Jahsy

Perkawinan Rasulullah yang keempat terjadi pada bulan Dzulqa’dah, sekitar dua tahun setelah menikah dengan Aisyah. Kali ini, beliau menikahi seorang janda bernama Zainab binti Jahsy yang pernah menjadi bibi Rasulullah.

Perkawinan ini juga menjadi kontroversial karena Zainab sebelumnya telah menikah dengan sahabat Rasulullah yang bernama Zaid bin Haritsah. Namun, pernikahan Zainab dan Zaid tidak bahagia dan mereka akhirnya bercerai. Setelah itu, Rasulullah memperbolehkan Zainab untuk menikah dengan beliau, meskipun pada awalnya beliau ragu karena hubungan keluarga yang masih terlalu dekat.

Perkawinan Kelima: Hafsah binti Umar

Perkawinan Rasulullah yang kelima terjadi pada bulan Syawal, sekitar dua tahun setelah menikah dengan Zainab. Kali ini, beliau menikahi Hafsah binti Umar, seorang janda yang merupakan putri dari sahabat Rasulullah yang bernama Umar bin Khattab.

Hafsah telah menjadi istri sahabat Rasulullah yang bernama Khunais bin Hudzaifah sebelumnya, namun Khunais meninggal dunia dalam peperangan. Rasulullah kemudian menikahi Hafsah untuk memberikan perlindungan dan kebahagiaan bagi Hafsah serta keluarganya. Pernikahan ini juga mempererat hubungan antara Rasulullah dan Umar bin Khattab, yang merupakan sahabat dan penolong Nabi dalam banyak hal.

Pos Terkait:  Pengertian Sulhu Perdamaian Hukum Rukun

Perkawinan Keenam: Zainab binti Khuzaimah

Perkawinan Rasulullah yang keenam terjadi pada bulan Safar, sekitar dua tahun setelah menikah dengan Hafsah. Kali ini, beliau menikahi Zainab binti Khuzaimah, seorang janda yang merupakan sahabat Rasulullah.

Zainab telah menjadi istri sahabat Rasulullah yang bernama Ubaidah bin Harits sebelumnya, namun Ubaidah meninggal dunia dalam peperangan. Rasulullah kemudian menikahi Zainab untuk memberikan perlindungan, kebahagiaan, dan penghidupan yang layak bagi Zainab serta keluarganya. Pernikahan ini juga menjadi bentuk kebaikan hati Rasulullah kepada sahabatnya yang telah wafat.

Perkawinan Ketujuh: Ummu Salamah binti Abu Umayyah

Perkawinan Rasulullah yang ketujuh terjadi pada bulan Syawal, sekitar tiga tahun setelah menikah dengan Zainab binti Khuzaimah. Kali ini, beliau menikahi Ummu Salamah binti Abu Umayyah, seorang janda yang telah menjadi istri sahabat Rasulullah yang bernama Abu Salamah.

Abu Salamah meninggal dunia dalam peperangan Uhud, dan meninggalkan Ummu Salamah dengan tiga anak. Rasulullah kemudian menikahi Ummu Salamah untuk memberikan perlindungan, kebahagiaan, dan penghidupan yang layak bagi Ummu Salamah serta keluarganya. Pernikahan ini juga mempererat hubungan antara Rasulullah dan sahabat-sahabatnya, serta membantu dalam urusan rumah tangga dan pendidikan anak-anak.

Perkawinan Kedelapan: Zainab binti Jahsy (lagi)

Perkawinan Rasulullah yang kedelapan terjadi pada bulan Sya’ban, sekitar satu tahun setelah menikah dengan Ummu Salamah. Kali ini, beliau menikahi Zainab binti Jahsy kembali, yang pernah menjadi istri Zaid bin Haritsah sebelumnya.

Perkawinan ini terjadi setelah Zainab bercerai dari Zaid dan secara resmi diadopsi oleh Rasulullah sebagai anak angkatnya. Namun, pada awalnya Rasulullah ragu untuk menikahi Zainab karena hubungan keluarga yang masih terlalu dekat. Namun, Allah SWT memerintahkan Rasulullah untuk menikahi Zainab melalui ayat-ayat yang terdapat dalam Surat Al-Ahzab.

Pos Terkait:  Suami Diam-Diam Sering Memberikan Uang pada Adiknya

Perkawinan Kesembilan: Juwairiyah binti Al-Harith

Perkawinan Rasulullah yang kesembilan terjadi pada bulan Syawal, sekitar dua tahun setelah menikah dengan Zainab. Kali ini, beliau menikahi Juwairiyah binti Al-Harith, seorang wanita yang pernah menjadi tawanan perang.

Juwairiyah adalah putri dari kepala suku yang pernah berperang melawan Rasulullah dan para sahabatnya. Namun, setelah Juwairiyah ditawan, Rasulullah memperlakukan beliau dengan baik dan memberikan kebebasan pada Juwairiyah. Juwairiyah pun merasa terkesan dan tergerak untuk memeluk agama Islam dan menikahi Rasulullah. Pernikahan ini menjadi bentuk penghormatan dan penyatuan antara Rasulullah dan suku Juwairiyah.

Perkawinan Kesepuluh: Safiyah binti Huyay

Perkawinan Rasulullah yang kesepuluh terjadi pada bulan Dzulqa’dah, sekitar tiga tahun setelah menikah dengan Juwairiyah. Kali ini, beliau menikahi Safiyah binti Huyay, seorang wanita yang pernah menjadi tawanan perang.

Safiyah adalah putri dari kepala suku Yahudi yang pernah berperang melawan Rasulullah dan para sahabatnya. Namun, setelah Safiyah ditawan, Rasulullah memperlakukan beliau dengan baik dan memberikan kebebasan pada Safiyah. Safiyah pun merasa terkesan dan tergerak untuk memeluk agama Islam dan menikahi Rasulullah. Pernikahan ini menjadi bentuk penghormatan dan penyatuan antara Rasulullah dan suku Yahudi.

Kesimpulan

Dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, pernikahan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan berdampak besar bagi dakwah beliau. Pernikahan Rasulullah dengan beberapa istri beliau pada bulan-bulan tertentu memiliki banyak hikmah dan manfaat, antara lain memberikan perlindungan, kebahagiaan, dan penghidupan yang layak bagi para janda dan anak-anak mereka, serta mempererat hubungan antara Rasulullah dan para sahabatnya.

Perkawinan Rasulullah juga menjadi contoh bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan pernikahan yang penuh keberkahan dan kebahagiaan. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah perkawinan Rasulullah, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.